Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

Nagabonar Jadi 2

Sunday, May 20, 2007

[Batari]
Akhirnya saya nonton juga film Nagabonar Jadi 2. Setelah banyak teman menyarankan untuk menonton film ini. Kata mereka, ceritanya lucu. Kata mereka, akting Deddy Mizwar oke. Ada juga yang bilang, Darius di film ini tampak super ganteng.

Berbekal masukan-masukan, hari itu saya berangkat ke Blitzmegaplex. Berencana nonton Nagabonar yang jam 19-an bersama Ikram. Saya beli tiket, beli popcorn dan terlebih dahulu harus meyakinkan Ikram bahwa duduk di bangku F tidak mendongak.

Hari itu bukan jadwalnya nonton hemat, jadi kami berdua harus mengeluarkan 50 ribu.
Tak apalah, pikir saya, toh film-nya bagus.

Sudah 20 menit menonton, saya mulai mempertanyakan pendapat teman-teman tentang bagusnya film ini. Banyak yang tidak masuk akal.

Kok tiba-tiba anak si Nagabonar ini sudah punya perusahaan saja?
Enak betul pulang dari luar negeri langsung bisa kaya, punya rumah amat besar sekali.

Semakin lama menonton, saya jadi geram. Mana lucunya??

Buat saya, terlalu banyak yang mau diceritakan dalam satu film ini. Ada masalah gusur-menggusur kuburan. Ada cerita cinta Tora-Wulan. Ada hubungan bapak-anak Nagabonar-Bonaga. Ada supir bajaj yang baik hati. Nonton Nagabonar Jadi 2 ini rasanya seperti menonton film dimana sutradaranya ada LIMA! Tidak jelas mana inti ceritanya.

Darius memang ganteng. Tapi kenapa teman-teman Bonaga ini harus berpenampilan dan berkelakuan seperti F4? It's soo laaaast yeaar, pak sutradara..

Pada akhirnya, saya tidak merasa film ini layak ditonton dengan harga 25 ribu. Beberapa adegan memang ada yang berhasil memancing senyum. Tapi itu tidak banyak. Beneran deh, banyak adegan yang terlalu 'dipaksakan'. Betapa gemarnya Nagabonar main bola, betapa tidak bisanya si Bonaga merayu Wulan Guritno. Oh, satu lagi : kenapa ceritanya mesti diakhiri dengan kedatangan tukang karpet?

Saya tidak tersentuh sama sekali dengan nilai nasionalisme yang disuguhkan di film ini. Mungkin saja saya tidak penuh menghayati, karena 2 hari sebelumnya saya baru saja menonton Mr. Bean's Holiday dan Meet The Robinsons berturut-turut. Jadi, waktu nonton Nagabonar Jadi 2, saya sudah mati rasa.

Entahlah.

***

[Ikram]
Sakit, mata ini, demi melihat seorang kakek berbicara sendirian di depan tiga kuburan. Apalagi lagaknya seperti sedang berbicara kepada orang hidup saja. Pakai titip-titip. Memang sih, yang terbujur kaku di dalam tanah itu adalah ibu, istri, dan adik dari si kakek itu. Tapi tetap saja aneh. Kayaknya baru sekali ini deh saya lihat ada orang Medan curhat kepada kuburan.

Bertambah aneh lagi ketika melihat seorang pengusaha muda, di dalam mobil, malah mendengarkan musik dari si mungil iPod. Padahal, sistem audio di mobil mewah itu pasti akan sanggup menghadirkan musik dengan kualitas suara jaaauuuhh lebih jernih. Speakernya pasti surround. Jadi mengapa orang itu malah mendengarkan musik lewat earphone yang dicantelkan ke kuping – dan lama-lama bikin pegal itu? Pasti supaya terlihat, bahwa sekarang zaman modern. Penandanya? Ya iPod itu.

Kepala ini juga jadi sedikit pusing (oke, hiperbola) ketika menyaksikan mereka berdua (si kakek dan pengusaha muda itu) berhenti sebentar di tengah jalan untuk tendang-tendang bola dulu barang sebentar. Haduh-haduh. Saya memang nggak mengerti film sih, jadi nggak mengerti apa sebenarnya makna di balik adegan itu.

Dari kepala, penyakit turun ke perut. Agak mulas rasanya ketika kamera memasukkan gambar empat ondel-ondel anak buah si pengusaha muda. Anak buah dengan job description tidak jelas. Seketika saya ingat geng F4 dari Taiwan – hanya dalam skala kebelaguan yang lebih rendah.

Untunglah ada adegan di mana si kakek tua mencopet dompet salah satu F4. Saya mulai melihat adanya kemungkinan saya bisa terhibur, menonton film Nagabonar Jadi 2 ini.

Dan memang benar, saya bisa terhibur. Pemeran si kakek bernama Nagabonar itu, tak perlu diragukan lagi memang piawai berakting. Meski tidak pada semua adegan dia prima. Saya paling suka bagian dia mempertanyakan dasar pelarangan bajaj masuk jalan protokol. Juga adegan ketika dia bilang, tidak semua orang layak dihormati. Tapi adegan dia memanjat patung Sudirman guna menurunkan hormat si patung? Oh, sori dori mori. Not impressed.

Saya, jujur, terhibur dengan gaya penyampaian film ini yang berbeda dari film-film Indonesia lain. Film ini mencoba menawarkan pemahaman soal nasionalisme dengan cara yang berbeda. Yang simbolis. Mulai dari patung Sudirman sampai ke upacara bendera. Semuanya terasa simbolis dan, sebab tak paham bahasa simbolis, saya kesusahan menangkap maknanya. Termasuk soal mengapa mesti bajaj, dan ada apa dengan permainan sepak bola bersama anak-anak kampung itu.

Bicara soal kesusahan, saya juga merasa kesusahan mencerna bagaimana bisa kok pengusaha muda itu bisa kaya raya, punya rumah besar, namun tidak mau mengakali pembayaran pajak? Film ini settingnya masih Indonesia, bukan? Saya juga tak melihat adanya hubungan sebab-akibat antara dibesarkan tanpa ibu dan kesulitan mengucapkan “aku sayang kamu”.

Jadi, secara logika, ada banyak hal-hal yang tak saya pahami dari film ini. Tapi saya menikmati betul dialog-dialog spontan yang ada (meskipun logatnya luarbiasa dipaksakan). Saya menikmati pandangan sederhana si kakek tentang kehidupan setelah mati, meski pada saat bersamaan tak habis pikir mengapa dia harus selalu menambahkan “dimakan cacing” berulang kali saat sedang menyebut nama adiknya. Saya terkesan dengan supir bajaj sekaligus heran dengan si penjual karpet masjid.

Dan saya cukup terhibur dengan pemeran “pacar” si pengusaha muda, yang kali ini bisa mengatur duduknya supaya tak nampak celana dalamnya. Oh maaf, pujian ini lebih patut dialamatkan kepada para kameramen yang pandai menahan diri, serta operator yang mampu menyunting gambar dengan benar.

Kecurigaan saya: film ini terkendala urusan komersial alias bisnis. Itu mungkin mengapa banyak pemeran pembantunya berasal dari artis sinetron, artis acara komedi, model iklan, dan pembawa acara gosip. Kalau mereka pakai pemeran dengan kualitas prima namun kurang terkenal? Belum tentu bisa laku kan.

Tapi eh, menurut Anda bagaimana?

40 Komentar:

Blogger Batari Saraswati »
20 May, 2007 01:46  

komentar ikram lebih kejaaaam.. haha.

Anonymous Anonymous »
20 May, 2007 21:08  

semua orang bilang film ini bagus..

gua belum nonton...

kalian dah baca novelnya? mungkin bisa sedikit mengobati kekecewaan kalian :)

Anonymous Anonymous »
20 May, 2007 22:16  

Lu belum nonton rim?

Bagusan yang pertama, lucu abis. Asrul Sani memagn jempolan, om Dedy aja ngaku ga bisa dibandingin sama pak Asrul. Pemain yang kedua ini banyak yang maksa euy. Kloom dedy sih ga usah diraguin lagi.

Blogger ikram »
21 May, 2007 01:04  

Awas kecewa Rim, pas nonton nanti. Gua pas Brownies juga baca novel duluan, baru film. Kecewa.

Wung, dimana bisa nonton Nagabonar jilid 1? Mau dong.

Blogger anggunpribadi »
21 May, 2007 04:39  

tau deh, blom nonton sih. kata org2 sih bagus? Mungkin lo salah masuk studio kram? Mungkin masuk ke studio yang muterin Suster Ngesot?

Blogger ikram »
21 May, 2007 07:52  

Bagus sih bagus.. Tapi terasa banget gimmick bisnisnya. Tora main2 ke kampus lah, bikin novel dengan sampul dua versi lah, dsb dsb.

Gua juga heran di bioskop waktu itu orang2 pada ketawa. Kesal banget nggak sih kalo orang-orang di sekitar kita pada ketawa sementara kita nggak tahu di mana lucunya?

Lo mesti nonton Gun. Gua mau baca review lo tentang Nagabonar 2 ini.

Blogger Beni Suryadi »
21 May, 2007 09:01  

no comment...
paling ga gw akhirnya nemu juga orang yang sepikiran...

tapi untungnya gw waktu tu cuma nonton di deluxe pas nomat, 15 rebu...
walo ujung2nya 60rebu juga gara2 teman gw ga nge ganti duit gw..

but, nice trying lah =)

Blogger Beni Suryadi »
21 May, 2007 09:02  

eh, nice trying nya buat pak Haji Deddy, hehehe..

Anonymous Anonymous »
21 May, 2007 09:09  

kata gw bagus kok ^^ mungkin karena suka ngeliat tora ya, haha.

ga ding, lebih karena nagabonar agak mirip ama bokap: merasa kenangannya hilang satudemi satu. jadi gw nangis bombay deh pas nonton, he.

selain itu, karena adegan-adegan simbolis itu jadi ingat kapan terakhir kali gw ngerasa sebagai orang indonesia: waktu rexy-ricky dpt medali emas di olimpiade. gw nangis pas indonesia raya dinyanyiin. udah gitu nggak pernah lagi.. huwehwheehehehe,

-sari-

Anonymous Anonymous »
21 May, 2007 13:10  

yah, but how?
heheheheheh.. harusnya lo bawa handycam, rekamin dan kirim ke youtube.. hehehe.. supaya kita bs nonton... i denno man, kata org2 yg biasa ngejelek2in film indonesia tipe teen-horror (tp ga serem, malah hillarious)-kind-a-movie ini pilem bagus... sekali lagi, beda kepala beda pemikiran dan itu normal.

Anonymous Anonymous »
21 May, 2007 18:30  

film yang pertama bisa didonlot di rileks. tapi kualitasnya kurang bagus, maklum lah film taun 80-an..

Anonymous Anonymous »
21 May, 2007 22:06  

Dan saya cukup terhibur dengan pemeran “pacar” si pengusaha muda, yang kali ini bisa mengatur duduknya supaya tak nampak celana dalamnya. Oh maaf, pujian ini lebih patut dialamatkan kepada para kameramen yang pandai menahan diri, serta operator yang mampu menyunting gambar dengan benar.

komentar ikram kali ini bukannya kejam, tapi nakal....

Anonymous Anonymous »
21 May, 2007 22:53  

Kata gw bagus kok, 'bagus' disini = worth-seeing. Ada loh orang yang ntn cuma buat menikmati aja, don't you think ur over-criticizing? hehe

btw gw setuju ama komen di atas,those lines are unnecessary.

-kethy

Blogger ikram »
22 May, 2007 00:22  

Those lines are unnecessary? Whoa, look who's over-criticizing now hehe.

Kang Asep, selain nakal, tapi juga bener kan...

Makasih Rim infonya. Kata Sawung di PSIK ada. Tinggal ke sana bawa flashdisk aja.

Anggun, maksud gua lo buruan pulang ke Indonesia terus nonton, gitu.

Beda kepala beda pemikiran. Kalimat bagus. Berarti kepala kami termasuk yang sedikit :)

SERIUS lo Sar nangis pas nonton? Waaah, kemaren juga ada tuh yang nangis pas nonton: anak kecil umur 2 tahunan. Kayanya gara-gara kaget sama suara bioskop yang menggelegar.

Beni, ngomong-ngomong buat Deddy Mizwar apakah film ini sudah sesuai dengan keinginan awalnya ya?

Blogger Batari Saraswati »
22 May, 2007 08:39  

niat awal kita nonton film ini ya memang mau menikmati. tapi apa daya, filmnya aneeeeh.

Anonymous Anonymous »
22 May, 2007 15:14  

maksudnya apa?hehe.emang bikin sedih kok ;p walaupun emang harus diakui, gw sedikit sensitif orangnya. nonton kingkong dan spiderman 1 (wkt uncle ben mati) gw juga nangis bombay ^^ hoho

-sari-

Blogger dewihujan »
22 May, 2007 17:14  

film nya enggak jelek. tapi enggak bagus banget juga. emang film bagus seperti apa? tergantung genre kan. nagabonar jadi 2 aku enggak ngerti genrenya apa. simbolis enggak, romantis enggak, dokumenter enggak...

tapi berhubung aku nontonnya kencan berdua sama papou...ngefek juga akting om Deddy ke aku, hehe, soalnya tampangnya om Deddy mirip papou ku.

nggak papa, kita emang harus sering ngasih masukan, biar film indo semakin maju. dan ukuran maju enggak harus kayak film barat to? film india juga maju, simbolis lewat tari2an, derai airmata berlebihan.

Blogger ikram »
22 May, 2007 18:13  

Sepakat Gil. Wahai insan film Indonesia, terimalah penilaian kami yang aneh ini sebagai masukan demi kemajuan film Indonesia. Jangan berantem terus.

Nggak ada maksud apa-apa Sar, hehhe.

Bat, yang aneh itu jangan-jangan justru kita. Orang lain kan pada ketawa-ketawa menikmati?

Blogger zen »
23 May, 2007 07:54  

Hihihi... yang pertama kali pengen komentarin justru idemu yang memajang dua opini sekaligus dalam satu tulisan. Ini bisa jadi artefak percintaan kalian. Hihihi...

Naga Bonar Jadi 2? Lumayan deh. Banyak adegan berlebihan. Misalnya, mana mungkin sih orang waras mau-maunya narik tangan patung soedirman pake tali. jelas2 gak mungkin turun tuh tangan soedirman. tapi ada beberapa percakapan yang lumayan.

Salah satu adegan paling simbolis ya adegan pas naga bonar dan bonaga tidur seranjang. bonaga mengalah membiarkan bapaknya menyalakan ac. tapi pas bonaga udah tidur dan bapaknya mau pergi, ac dinyalain lagi. bagus tuh: upaya saling memahami tanpa harus diungkapan secara verbal. yang begini ini yang banyak gak ada di film2 kita.

Nontonnya di mana sih? Yang minight ya? jangan lupa nonton Mengejar Mas-mas. Tentang kisah kehidupan di lokalisasi Sarkem Jogja.

Si Udin yang orang Semarang aja tahu tempat ini. Hihihi...

Blogger ANDRE »
23 May, 2007 13:24  

wakakakakak

makanya kram, sebelum nonton baca dulu M2.
Jangan salah pilih referensi!!!

Kram, udah nonton film "KALA" ???

Blogger atiek »
24 May, 2007 02:09  

gw bilang bagus.karena gw suka banget sama naga bonar-nya asrul sani..jadi udah lama ditunggu lah..

kenapa mengulang2 si bujang? karena mau ngingetin orang sama film pertamanya, naga bonar ini memang sayang banget sama bujang, percaya deh lo bakal ngerti kalo ntn yang pertama, sifat naga bonar dan orang2 di sekelilingnya.

kayaknya kalo pake agus kuncoro atau pemain teater watak lainnya lebih bagus daripada bintang extravaganza. gak bisa ngimbangin gitu.. heheheheheheh

inti: tontonlah seri sebelumnya

Blogger hengki »
24 May, 2007 14:40  

hmm.. mood tampak juga berperan,,
buat gua mah, over all film keren ! :p

IKRAM + BATARI = pasangan kejam

huehehehehehe...

piss

Blogger ireng »
24 May, 2007 15:01  

waa..bwt gw asik ajah. terlepas berbagai kekurangan alur n akting pemain yg kurang memadai (selain deddy en lukman).
tapi setidaknya film in lebih baek daripada film indonesia pada umumnya (genre horor ato percintaan, seperti ngesot n love is stupid)

kram, ima noor puspitasari
okeh?

Blogger Floresiana Yasmin »
24 May, 2007 19:42  

menurut gue bagus kok (yeah, dengan bumbu kegaringan dan keanehan disana sini). apalagi untuk ukuran indonesia. lo dah nonton Gothca atau Heart blom? plisssssss....

mungkin juga karena film ini bisa menghadirkan nilai nasionalisme. udah jarang film indonesia yang begitu

Blogger ikram »
25 May, 2007 01:20  

Oke Zen, nanti aku tonton. Eh itu beneran ada, film "Mengejar Mas-mas"? Kowe ojo ngapusi aku lo Zen!

"KALA"? Belum. Bagus/nggak? Tulis review-nya dulu dong Ndre gua pengen baca.

Ah Atiek, gua jadi makin pengen nonton yang jilid 1 nih. Penasaran!

PASANGAN KEJAM?! Bat ada yang cari gara-gara Bat. Tolong ambilkan tang biar kita congkel kukunya.

Oke Ima. Sudah dimasukkan ke FRIENDS_

Iya, dibandingkan film Indonesia lain, flm ini jelas menawarkan sesuatu yang berbeda. Tapi sayang, lemah di pelaksanaan.

Anonymous Anonymous »
25 May, 2007 13:59  

Ah, Ikram, si Bonaga dengar musik pake Ipod bukan sebagai penanda modernitas. Itu cuma iklan. Biasa, film Indonesia: penuh iklan.

Ya, Bonaga -yang merupakan eksekutif muda sukses, banget, juga akrab dengan dugem- emang tak rasional dengan ketakmampuannya mengungkapkan isi hati. Sorry kalau bikin streotyping, tapi dengan uang dan pergaulan khas kota besar, amerika pula, sikap si Bonaga itu ga mungkiiiin.

Anonymous Anonymous »
25 May, 2007 17:41  

i'm not over criticizing and u already admitted it. Kalo A Mighty Heart jelek, lo giniin boleh deh.

-kethy

Anonymous Anonymous »
26 May, 2007 09:26  

Hello ikram, met kenal, gw baca blog lo dari link-nya si agun.. Menarik bgt deh bahasan soal nagabonar 2 nya :)

Anyway, buat gw pribadi, film ini 'ngena' banget, terlepas dari ke-absurd-an dan ke-nonlogis-an karakter dan alur yang dibuat berlebihan. Menurut gw, Deddy Mizwar sbg sutradara pasti punya maksud tertentu, yaitu (mungkin) ingin mengemas film bertema nasionalisme dgn 'packaging' eksekusi cerita yang ke-sinetron2an (sinetron bgt gak sih, adegan2 gak masuk akal itu?! pria muda ganteng yang tajir mampusss, curhat ma kuburan, gank F4 dll).. Kalo gw pikir kynya dedy mizwar emang gak mau terlalu serius menyuguhkan konsep nasionalismenya, dia takut kalo malah dianggep sok nasionalis kalo film ini digarap terlalu logis. Sepertinya dia jg sadar bahwa masyarakat indonesia sudah terlalu terkontaminasi cerita2 sinetron, jadi mungkin itu salah satu strategi yang dia pakai-- dgn harapan supaya konsep nasionalisme ini bisa lebih diterima oleh masyarakat yg notabene otaknya udah sinetron bgt.

Oya, gw jadi inget, dulu jaman kuliah gw pernah dapet mata kuliah ini (OOPS!!! sori kalo jadi teoritis bgt nih), tp ada beberapa tahap dalam strategi komunikasi, dan komunikasi yg efektif adalah yg bisa dilakukan secara bertahap (conditioning-informing-reminding untuk mencapai AIDA: Attention-Interest-Desire-Action). Semua itu sangat ditentukan oleh faktor sociocultural. Film ini menurut gw adalah tahap paling dasar (conditioning) dan hanya ingin mencapai target AI (attention dan interest) dulu saja, sehingga film ini dikemas dgn sangat casual dan menggunakan pendekatan2 yg bagi sebagian orang terkesan cheezy dan gak masuk akal. Kenapa? karena ya mungkin hanya dgn cara spt itulah masyarakat Indonesia bisa lebih mudah menyerap dan mencerna konsep yang ingin disampaikan (apalagi kalo itu film yg ingin menjangkau seluruh lapisan masyarakat, ya mau gak mau pake gaya pendekatannya Raam Punjabi-- kalo masyarakat udah cukup attention dan interested baru deh masuk ke tahapan berikutnya yg lebih SMART).

Ya itu sih cuman analisa gw aja ya, kalo mau menyanggah, silakan :) Tapi kalo mau diskusi soal teori itu mah bisa sampe 2 semester, hahaha....

Yang jelas, bagi gw personally, yg paling 'nendang' itu pas Nagabonar geram pas tau yg beli tanahnya itu orang Jepang! Menohokkk bgt tuh.. (maklum, saya masih jadi romusha :P)

www.ilmaffectional.blogspot.com

Blogger miff »
26 May, 2007 23:24  

jujur..baru sekali ini ngebaca review nagabonar 2 yang "kejam", dari sepasang anak manusia lagi. Hmm..ato mungkin otak saya udah cukup pusing buat ngliat sesuatu dari sudut pandang lain. Maklum..udah kebanyakan mikir TA yang kagak kelar2...heheheh. kayaknya perlu rehat sejenak nih, n tersenyum polos kayak Ikram.he3X

Blogger ikram »
27 May, 2007 00:08  

Oh, cuman iklan? Aku pikir dia sengaja menunjukkan "kemodernan" lewat iPod. "Sekarang sudah jaman iPod neeeh" gitu.

Kethy.. Mari kita lihat nanti apakah Nyonya Pitt bisa berhasil memerankan Nyonya Pearl dengan baik? Lo duluan aja nulis reviewnya gua pengen baca.

Halo Ilma! Terimakasih ya komentarnya. Menarik juga, jadi Om Deddy itu sengaja menurunkan intelegensianya supaya film ini bisa dinikmati oleh pecandu sinetron? Hmm. Nggak ada sanggahan.

Eh jangan-jangan yang dimaksud Anggun waktu bilang "org2 yg biasa ngejelek2in film indonesia tipe teen-horror (tp ga serem, malah hillarious)-kind-a-movie ini pilem bagus" itu adalah elo, Ma?

Hai Mif. Ayo semangat ngerjain TA-nya.. Tapi jangan lupa rehat sejenak. Kapan kita ngobrol lagi ya?

Anonymous Anonymous »
31 May, 2007 01:43  

kram gw setuju dengan ilma :) gw lagi males ngasi comment panjang2. Jadi pokoknya lo tonton yang pertama.

Blogger ikram »
31 May, 2007 01:59  

Belum sempat euy minta filmnya ke Sawung...

Anonymous Anonymous »
13 June, 2007 15:38  

kok komen di ulasan lu tentang pelm ini lebih banyak dari gw yak? secara tulisan lu lebih dimaksudkan untuk dibaca orang, yes?

nurut gw, sederhana aja hubungan:
1. dibesarkan tanpa ibu
2. susah mengucap 'aku sayang kamu'

karena gw mengalami itu, jadi gw ngerti, emang bahasa maskulin lebih 'gengsi' untuk bilang 'bapak sayang kamu' mending dilakuin aja atau ditunjukkin pake uang jajan yang segunung, misalkan.

masalah gimmick bisnis, gw ikut di dalamnya, mereka nyasar ke itb, karena kantor gw yang fasilitasi. nurut gw adalah positif mendekatkan pelaku perfilman dan pelaku bisnis film ke kampus. komunkasinya kan enak...

coba aja lu gw jadiin moderator waktu itu, komentar lu beda pasti!

_adw

Anonymous Anonymous »
22 June, 2007 18:16  

kamu anjing ikram... tidak bisa ambil makna film naga bonar jadi 2... emang otak luh payah... goblok,tolol,gila,payah, muka lu tuh busuk banget tau gak? keluarga luh anjing kampung basih

Blogger Rainheart »
09 July, 2007 15:15  

Hahaha... gw emang rada gak setuju pada beberapa adegan di film ini. Kayak kuburan yang dibela-belain agar gak diganggu. Manjat patung Sudirman. Tapi gw terus nyadar. Gak mungkin Deddy Mizwar bikin adegan ini tanpa alasan. Maann, dia nyindir kita. Nagabonar merupakan refleksi dari orang Indonesia... yang kuno tapi sok modern. ^^ just a thought. inget gak salah satu temen Bonaga yang ketemu Nagabonar di diskotik sehabis sembahyang. inget gak kata2nya. itu kan nyindir, maaan!! masa gak ketangkep sih isi moral dari cerita ini. Mungkin karena sentilannya gak terlalu keras kaliy...ya?

menurut gw cerita2 di dalamnya masih berhubungan, kok. membangun cerita malah. berbeda dengan film lainnya yang menggunakan satu konflik dalam durasi minimal 90 menit, menonton nagabonar jadi 2 jadi terasa tidak membosankan. gw gak ngerasa rugi kalo nonton film di bioskop. secara gw selalu nonton di Braga 21, senin-jumat cuman 10rebu, hehe... yang rugi tuh nonton cinta pertama (diajakin adek gw). gila!!! garing tuh pelem!!!!

Blogger oakleyses »
17 October, 2015 09:29  

gucci outlet, nike air max, tory burch outlet, oakley sunglasses, prada handbags, ugg boots, louis vuitton, polo ralph lauren outlet, louis vuitton, kate spade outlet, prada outlet, cheap oakley sunglasses, louis vuitton outlet, louis vuitton outlet, oakley sunglasses, ray ban sunglasses, tiffany jewelry, replica watches, michael kors outlet, longchamp outlet, louboutin, burberry, burberry outlet online, michael kors, christian louboutin outlet, ray ban sunglasses, oakley sunglasses, replica watches, oakley sunglasses, tiffany and co, nike free, michael kors outlet, ugg boots, louboutin shoes, ugg boots, uggs on sale, longchamp outlet, nike outlet, louis vuitton, polo ralph lauren outlet, longchamp, michael kors outlet, michael kors outlet, louboutin outlet, nike air max, ugg boots, michael kors outlet

Blogger oakleyses »
17 October, 2015 09:36  

hermes, sac longchamp, new balance pas cher, kate spade handbags, north face, ray ban uk, nike blazer, burberry, nike roshe run, nike free, nike free run uk, oakley pas cher, true religion jeans, coach outlet, sac guess, air jordan pas cher, nike air max, true religion jeans, ralph lauren uk, air max, hollister pas cher, vans pas cher, ray ban pas cher, timberland, abercrombie and fitch, michael kors, tn pas cher, nike air max, converse pas cher, louboutin pas cher, michael kors, lacoste pas cher, mulberry, michael kors, air force, coach outlet, hollister, nike roshe, coach factory outlet, true religion jeans, nike air max, coach purses, lululemon, hogan, michael kors, north face, vanessa bruno, ralph lauren pas cher, true religion outlet, longchamp pas cher

Blogger oakleyses »
17 October, 2015 09:46  

louis vuitton, toms shoes, moncler outlet, canada goose outlet, ugg,uggs,uggs canada, hollister, coach outlet, canada goose, moncler, doudoune canada goose, juicy couture outlet, michael kors handbags, sac louis vuitton pas cher, pandora charms, canada goose, swarovski, louis vuitton, louis vuitton, doke gabbana outlet, wedding dresses, pandora jewelry, ugg boots uk, moncler, juicy couture outlet, swarovski crystal, moncler, lancel, moncler, supra shoes, michael kors outlet, replica watches, louis vuitton, pandora jewelry, ugg,ugg australia,ugg italia, moncler, canada goose uk, thomas sabo, pandora charms, michael kors outlet online, ugg pas cher, marc jacobs, canada goose, moncler, montre pas cher, barbour, canada goose outlet, links of london, barbour jackets, karen millen, canada goose, moncler, bottes ugg

Blogger BELAJAR BAHASA »
18 December, 2018 14:24  

keren film nagabonar

Anonymous Anonymous »
14 May, 2023 17:43  

bape hoodie
golden goose sneaker
kd 15
hermes birkin
goyard outlet
kyrie 8
Jordan Travis Scott
off white
yeezy boost 350
curry 6

Leave a reply Back to home

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by