Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

Beli Buku Buru-buru

Monday, September 19, 2005

Sabtu kemarin saya dan Batari pergi ke Book's Day Out #4. Tempatnya di Rumah Buku, Hegarmanah 52. Tapi begitu sampai sana, nggak langsung lihat-lihat ke jejeran buku.

Soalnya, pertama ada Tarlen. Jadi mau ngobrol dulu bentar. Kedua, memang lagi nggak niat nyari buku, dan ini berkaitan erat dengan alasan ketiga. Ketiga, uang cuma 15 ribu.

Jadilah saya ngobrol dulu bentar sama Tarlen. Selepas itu, baru melangkah ke tempat jualan buku. Letaknya di halaman samping. Di sana ada Sawung juga. Dia bilang dia udah lama disini, malah sempat nonton film segala.

Mengingat alasan nomer dua, saya cuma sebentar lihat-lihatnya. Saya terus ikut Batari masuk ke Rumah Buku. Pengen lihat seperti apa. Baru pertama kali kesini.

Di dalam, ternyata isinya rak-rak buku yang disewakan. Juga film. Di ruangan tengah, ada televisi menayangkan pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh seorang anak SD. Dia tunarungu, jadi dia membacakannya dengan bahasa isyarat. Pas ujung proklamasi, atas nama bangsa Indonesia, dia sebut nama dia: Wulan. Sambil senyum.

Tapi tiba-tiba saya pengen keluar lagi, lihat-lihat buku.

Ada yang jualan buku-buku lama. Hm, nggak deh. Ntar belum dibaca keburu bersin-bersin duluan. Buku baru... aduh apa ya.

Saat itulah saya lihat buku ini, dalam keadaan disampul plastik:

A NEW YORK TIMES NOTABLE BOOK
LETTERS FROM THE EDITOR
THE NEW YORKER'S HAROLD ROSS
EDITED BY THOMAS KUNKEL


Di sampul belakang, di pojok kiri atas, ada tulisan BIOGRAPHY. Harganya 15 ribu.

Wah, pas banget! Gile, biografi Harold Ross cuma 15 ribu! Dia ini kan editor dan juga pendiri majalah The New Yorker. Dia lahir 1892, meninggal 1951 akibat kanker paru-paru. Dia yang mengedit tulisan John Hersey "Hiroshima" -- tentang bom atom di Hiroshima -- itu. Sebuah karya yang dianggap tulisan jurnalistik terbaik sepanjang masa.

Saya comot buku itu, terus bayar.

***

"Emangnya lo nggak buka dulu plastiknya, sebelum beli?"

"Enggak. Begitu lihat judulnya, langsung pengen beli. Lagian 15 ribu."

"Tapi kan sebenernya bisa lo buka dulu, trus dipasang lagi nggak papa."

"Ngngng..."

Yah, kalo aja sempat buka dulu sampul plastiknya, mungkin nggak akan sedikit menyesal gini.

Buku itu ternyata berisikan kumpulan surat-surat yang ditulis Harold Ross kepada orang-orang. Padahal sudah terbayang bakal baca biografi. Memang sih, judulnya jelas-jelas tertulis "Letters From The Editor"... tapi kirain itu cuma judul.

Banyak kan, biografi yang pakai judul aneh-aneh. Sang Demokrat lah, Bukan Puntung Rokok lah, Pikiran, Ucapan, Tindakan Saya lah, Bertahan di Tengah Badai lah, dsb. Hanya saja, saya nggak menyangka kalau buku yang ini begitu jujurnya. Letters From The Editor isinya ya surat-surat dari si editor!

Jangan-jangan gara-gara kebanyakan ngatain Nadja, saya ikut-ikutan jadi impulsive buyer nih. Hahah.

Ngaku Dosa

Monday, September 12, 2005

"Kayaknya ini penyakit psikis deh. Gua mau ngaku dosa."
"Kalo gitu gw mau ngaku juga."

Selepas itu yang ada hanya senyum. Satu beban hilang, hidup rasanya jadi lebih enteng.

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by