Rindu Kongres yang Bertenaga
Tuesday, March 28, 2006
Teruntuk Trian dan Beni
Boni Hargens adalah seorang pengajar pada Departemen Ilmu Politik UI. Di Kompas edisi 23 Maret 2006, Boni menulis opini yang berjudul "Wakil Rakyat, Manusia Setengah Dewa?". Dia menyoroti banyaknya aksi unjuk rasa belakangan ini. Ada empat masalah dalam sistem perwakilan politik kita sehingga masyarakat tidak lagi menyalurkan aspirasinya melalui sistem dan lebih memilih aksi jalanan, unjuk rasa.
Yang pertama adalah, adanya tendensi bahwa menjadi wakil rakyat adalah sesuatu yang istimewa. Keren. Hebat. Dahsyat. Makanya mesti ada batas dan jarak antara rakyat dan wakilnya (terutama jarak penghasilan, hehe).
Kedua, kebingungan para wakil rakyat akan apa sebenarnya tugas dan peran yang harus dijalankan. Banyak yang nggak tahu mesti berbuat apa. Dari itu kita, kata Boni, memerlukan wakil terdidik yang mampu bernalar dan berempati.
Ketiga, lemahnya ikatan emosional antara rakyat dan wakilnya. Ini wajar saja, mengingat antara rakyat dan wakilnya belum tentu saling kenal. Kita belum tentu kenal siapa yang kita pilih; begitupun mereka juga belum tentu kenal siapa yang pilih mereka. Terimakasih kepada yang namanya politik uang, panggung dangdut, kaos sablonan, dan Indomie.
Keempat, masih terlalu kakunya hubungan wakil rakyat dengan partai politiknya. Partai menganggap si wakil sebagai miliknya, sementara si wakil mesti membalas budi sebab namanya sudah dipasang di nomor urut kecil. Suka tidak suka, dia mesti menyenangkan organisasi. Fraksi partai, yang semula dimaksudkan untuk koordinasi anggota partai di parlemen, malah menjadi kekuatan pengontrol supaya kepentingan partai terlaksana.
Pada gilirannya, wakil rakyat menjadi mandul. Dan rakyat yang tidak tahan memikul beban, akhirnya turun ke jalan dan membentuk parlemen jalanan. Menjadi wakil bagi dirinya sendiri, meski dengan resiko tidak sedikit.
***
Entah ya, saya kira masalah pada sistem perwakilan politik terjadi juga di kampus ini.
Di sini sering mahasiswa menyalurkan aspirasinya dengan cara-cara di luar sistem, untuk masalah-masalah krusial pula. Forum-forum lapangan basket, forum silaturahmi, dan entah apa lagi. Padahal kami sudah punya Kongres sebagai perwujudan keterwakilan politik yang formal. Memang Kongres belum bisa dibilang representatif seutuhnya (belum ada perwakilan unit mahasiswa di sana) tapi ini juga kesalahan kami -- mengapa tak upayakan supaya jadi representatif seutuhnya?
Ini malah ribut-ribut amandemen AD/ART supaya anak TPB bisa nyoblos.
Belum lagi ditambah adanya himpunan-himpunan yang tak mengirim senator ke Kongres. Alasannya macam-macam. Padahal nanti kalau terjadi polemik terhadap suatu masalah, dapat dipastikan himpunan macam inilah yang pertama kali bikin repot. Mesti ada forum khusus buat mendengar aspirasi mereka. Kami mesti kumpul akbar. Rapat akbar. Dan celakanya pada setiap forum, hampir setengah waktunya habis cuma buat merumuskan tata cara forum serta menentukan legalitas forum itu sendiri. Hah.
Dan himpunan yang mengirim senator pun, bukan lantas bebas penyakit. Terkadang bila bicara soal Kongres, mereka suka lupa diri menganggap Kongres sebagai "orang lain". Padahal mereka punya wakil, yang adalah anggotanya sendiri, di situ. Mengapa tak panggil sang senator, titipkan agenda, dan biarkan senator itu membahasnya bersama senator lain?
Memangnya saat seorang anggota himpunan menjadi senator, dia menjadi berjarak dan berbatas terhadap himpunannya sendiri?
Oh hampir lupa, ada persoalan lain. Kongres dianggap "senada" dengan Kabinet. Hubungan antara keduanya sama seperti hubungan MPK - OSIS pas zaman kita SMA dulu: akur-akur sajalah. Maaf saja, ini kemudian bikin kami tak lagi percaya bahwa Kongres akan mengawasi Kabinet dengan benar. Sekali lagi, mohon maaf kepada senator yang sudah bekerja sungguh-sungguh.
Sewaktu Presiden Muhammad Syaiful Anam dan Menteri Sosial Politik Wiyono pergi ikut demonstrasi PKS untuk Hari Buruh mengenakan jaket almamater: apa kata Kongres?
Sewaktu Presiden yang sama ikut rapat bersama tim sukses Dwi Arianto Nugroho (yang notulensinya ditemukan Hendra Jaya kemudian menyebarluas): apa kata Kongres?
Sewaktu seorang mahasiswa ITB bernama Oki ditangkap saat demonstrasi menentang kenaikan TDL, pertengahan Februari lalu: apa kata Kongres?
Kami belum mendengar penjelasan resmi dari Kongres tentang itu semua. Kalau ternyata memang ada tapi sosialisasinya kurang, maka malah jelas sekarang siapa yang lebih butuh Infokus dan Soul of Campus: Kongres. Bukan Kabinet. Mari kita bikin "jurnalisme khas ITB" (kalau memang ada, hahah) sebagai jurnalisme dalam bentuknya yang paling awal, yakni mengabarkan hasil rapat Kongres -- seperti zaman Romawi dulu.
Kata orang, kekuasaan itu cenderung menyeleweng. Kekuasaan yang mutlak cenderung menyeleweng secara mutlak pula. Maka itulah ada mekanisme check and balance. Kalau saja Kongres menjelma menjadi pengawas Kabinet, maka kita tak akan bermasalah dengan siapa Presiden KM. Apakah dia dari depan, belakang, samping, hantu_blau, tak soal buat kita. Sebab ada pengawasan.
Ah, silang-sengkarut alias benang kusut ini semestinyalah segera diurai. Kalau terlalu lama dibiarkan, apa tak lebih baik digunting saja?
Boni Hargens adalah seorang pengajar pada Departemen Ilmu Politik UI. Di Kompas edisi 23 Maret 2006, Boni menulis opini yang berjudul "Wakil Rakyat, Manusia Setengah Dewa?". Dia menyoroti banyaknya aksi unjuk rasa belakangan ini. Ada empat masalah dalam sistem perwakilan politik kita sehingga masyarakat tidak lagi menyalurkan aspirasinya melalui sistem dan lebih memilih aksi jalanan, unjuk rasa.
Yang pertama adalah, adanya tendensi bahwa menjadi wakil rakyat adalah sesuatu yang istimewa. Keren. Hebat. Dahsyat. Makanya mesti ada batas dan jarak antara rakyat dan wakilnya (terutama jarak penghasilan, hehe).
Kedua, kebingungan para wakil rakyat akan apa sebenarnya tugas dan peran yang harus dijalankan. Banyak yang nggak tahu mesti berbuat apa. Dari itu kita, kata Boni, memerlukan wakil terdidik yang mampu bernalar dan berempati.
Ketiga, lemahnya ikatan emosional antara rakyat dan wakilnya. Ini wajar saja, mengingat antara rakyat dan wakilnya belum tentu saling kenal. Kita belum tentu kenal siapa yang kita pilih; begitupun mereka juga belum tentu kenal siapa yang pilih mereka. Terimakasih kepada yang namanya politik uang, panggung dangdut, kaos sablonan, dan Indomie.
Keempat, masih terlalu kakunya hubungan wakil rakyat dengan partai politiknya. Partai menganggap si wakil sebagai miliknya, sementara si wakil mesti membalas budi sebab namanya sudah dipasang di nomor urut kecil. Suka tidak suka, dia mesti menyenangkan organisasi. Fraksi partai, yang semula dimaksudkan untuk koordinasi anggota partai di parlemen, malah menjadi kekuatan pengontrol supaya kepentingan partai terlaksana.
Pada gilirannya, wakil rakyat menjadi mandul. Dan rakyat yang tidak tahan memikul beban, akhirnya turun ke jalan dan membentuk parlemen jalanan. Menjadi wakil bagi dirinya sendiri, meski dengan resiko tidak sedikit.
***
Entah ya, saya kira masalah pada sistem perwakilan politik terjadi juga di kampus ini.
Di sini sering mahasiswa menyalurkan aspirasinya dengan cara-cara di luar sistem, untuk masalah-masalah krusial pula. Forum-forum lapangan basket, forum silaturahmi, dan entah apa lagi. Padahal kami sudah punya Kongres sebagai perwujudan keterwakilan politik yang formal. Memang Kongres belum bisa dibilang representatif seutuhnya (belum ada perwakilan unit mahasiswa di sana) tapi ini juga kesalahan kami -- mengapa tak upayakan supaya jadi representatif seutuhnya?
Ini malah ribut-ribut amandemen AD/ART supaya anak TPB bisa nyoblos.
Belum lagi ditambah adanya himpunan-himpunan yang tak mengirim senator ke Kongres. Alasannya macam-macam. Padahal nanti kalau terjadi polemik terhadap suatu masalah, dapat dipastikan himpunan macam inilah yang pertama kali bikin repot. Mesti ada forum khusus buat mendengar aspirasi mereka. Kami mesti kumpul akbar. Rapat akbar. Dan celakanya pada setiap forum, hampir setengah waktunya habis cuma buat merumuskan tata cara forum serta menentukan legalitas forum itu sendiri. Hah.
Dan himpunan yang mengirim senator pun, bukan lantas bebas penyakit. Terkadang bila bicara soal Kongres, mereka suka lupa diri menganggap Kongres sebagai "orang lain". Padahal mereka punya wakil, yang adalah anggotanya sendiri, di situ. Mengapa tak panggil sang senator, titipkan agenda, dan biarkan senator itu membahasnya bersama senator lain?
Memangnya saat seorang anggota himpunan menjadi senator, dia menjadi berjarak dan berbatas terhadap himpunannya sendiri?
Oh hampir lupa, ada persoalan lain. Kongres dianggap "senada" dengan Kabinet. Hubungan antara keduanya sama seperti hubungan MPK - OSIS pas zaman kita SMA dulu: akur-akur sajalah. Maaf saja, ini kemudian bikin kami tak lagi percaya bahwa Kongres akan mengawasi Kabinet dengan benar. Sekali lagi, mohon maaf kepada senator yang sudah bekerja sungguh-sungguh.
Sewaktu Presiden Muhammad Syaiful Anam dan Menteri Sosial Politik Wiyono pergi ikut demonstrasi PKS untuk Hari Buruh mengenakan jaket almamater: apa kata Kongres?
Sewaktu Presiden yang sama ikut rapat bersama tim sukses Dwi Arianto Nugroho (yang notulensinya ditemukan Hendra Jaya kemudian menyebarluas): apa kata Kongres?
Sewaktu seorang mahasiswa ITB bernama Oki ditangkap saat demonstrasi menentang kenaikan TDL, pertengahan Februari lalu: apa kata Kongres?
Kami belum mendengar penjelasan resmi dari Kongres tentang itu semua. Kalau ternyata memang ada tapi sosialisasinya kurang, maka malah jelas sekarang siapa yang lebih butuh Infokus dan Soul of Campus: Kongres. Bukan Kabinet. Mari kita bikin "jurnalisme khas ITB" (kalau memang ada, hahah) sebagai jurnalisme dalam bentuknya yang paling awal, yakni mengabarkan hasil rapat Kongres -- seperti zaman Romawi dulu.
Kata orang, kekuasaan itu cenderung menyeleweng. Kekuasaan yang mutlak cenderung menyeleweng secara mutlak pula. Maka itulah ada mekanisme check and balance. Kalau saja Kongres menjelma menjadi pengawas Kabinet, maka kita tak akan bermasalah dengan siapa Presiden KM. Apakah dia dari depan, belakang, samping, hantu_blau, tak soal buat kita. Sebab ada pengawasan.
Ah, silang-sengkarut alias benang kusut ini semestinyalah segera diurai. Kalau terlalu lama dibiarkan, apa tak lebih baik digunting saja?
48 Komentar:
dan Sekretaris Jenderal Wiyono pergi ikut
mm, ralat, bukan sekjen tapi mentri sospol..
btw dah "hidup" lagi ni...
bagus buat boul edisi terbaru..
(sekedar saran lho..biasanya kan boul terbit pas jaman2 kampanye)
=)
Terimakasih untuk ralatnya :)
Ah jangan buat Boul ah. Rugi.
{orang yg diperuntukan ikut bicara}
maka malah jelas sekarang siapa yang lebih butuh Infokus dan Soul of Campus: Kongres. Bukan Kabinet. Mari kita bikin "jurnalisme khas ITB" (kalau memang ada, hahah)
masih semangat membahas jurnalisme khas ITB, kram? walaupun, Ah jangan buat Boul ah. Rugi.
sebagai jurnalisme dalam bentuknya yang paling awal, yakni mengabarkan hasil rapat Kongres -- seperti zaman Romawi dulu.
sekedar sharing, ga perlu jauh2.Deandels dulu waktu datang ke indonesia pertama kali 1809 sebagia Gubjend Hindia Belanda, membuat koran sbg alat sosialisasi kebijakan nya. dan ini adalah sejarah media massa cetak pertama kita.
<):)
Iyalah rugi. Udah bikin lama-lama (sampai ditagih kalian berdua) kok malah buat Boul. Bagaimana...
Ah, udah kapok membahas jurnalisme khas ITB. Kapok, kapok.
Thx buat infonya Trian.
Trian. Tolong hati-hati dalam berkomentar.
Saya pikir Anda sebagai seorang Mentri (yang notabene adalah tokoh publik, jika kita mau main serius-serius-an) sebaiknya Anda bisa membedakan mana ranah publik dan mana ranah privat.
Ikram Putra..
Bukan mau komentar masalah ini.
Just wanna say,
U're a damn good jurnalist!!
miss u pal!
Ooo.. bs komen tanpa login toh..
asik.. asik.. asik.. =)
(gara2 baca blog Ikram, jd tau ttg blog deh.. hehe. maklum ga ngerti blog2-an sblm liat blog ini..)
Btw, media mainstream yg udah nunggu apa aja nih??
(bener emang dari dulu udah yakin, that u'll be "a big thing" in the future)
-a pal-
(smoga masi diakuin.. ;p)
Gw baru tau klo Ikram suka nulis ketawa 'hahah' tuh niru2 Trian. Wah Trian, anda berhasil sebagai Menkominfo.
Setau gw, Daendels itu nama aselinya: Daeudels. Setau gw...
Kram, you're a damn (good) racist journalist!!!
Kram, gw gak ky lo yg bermain politik sekalipun dalam blog.
Klo gw ngritik, krn gw pengen. Sprite gitu...
Memberi gak harus menerima kram, walau manusia kodratnya pengen menerima.
kenapa ya, kalo ikram yang nulis jadi terasa menarik dan ga berat...
hahaha... udah buruan kelar kuliah (atau cabut dari itb) dan jadi jurnalis beneran... ;P
weh... ternyata politik kampus berwarna-warni ya bagi yang bermain di lahan itu..
gw selama ini ngga tau apa2x dan merasa adem ayem dan cenderung tak peduli..
wah wah
1. jadi jurnalis etika aja kram, bukan jurnalis politik, kecuali lo baca-baca dulu buku tentang ini...
2. maw jadi senator apa gimana ini teh?
krom gue gak ngerti politik kampus!!!!
Waduh, waduh... Ditinggal ke Depok udah banyak gini komentarnya..
Lagi-lagi nggak bisa dibales satu per satu deh.
Anonymous, terimakasih yak.
Sigit, gua "bermain politik" di mana? Kan udah nggak jadi promotor lagi. Sama kok, gua mengkritisi pas lagi pengen.
Andi, jurnalis etika? Jurnalis politik? Apa lagi tuh? Jadi senator... Hehehe.
Ndre, gua jg ngertinya cuma ini :p
wah...akhirnya ikram kembali ke citra awal...
iya kram...ikram emang ngga cocok membuat hal ringan menjadi agak berat...tapi lebih cocok membuat yang berat menjadi agak ringan...
maksudnya...ikram ga cocok jadi penulis chicklit ato apapun nama buku yang seperti kerupuk itu garingnya....hehehe
Hei2..
koq 'bout media mainstreamnya ga ditanggepin..
Jd apa aja yg udah nunggu??
btw, ada kenalan publisher utk cerita2 fiksi ga? semisal harry potter gt.. =)
Plg ke depok? emang rumah di depok? Depoknya mana?
-a pal-
Kram,
skrg cewenya sapa nih?!? (jawab!)
jgn bilang ga punya,
gara2 sibuk nanggepin kampus yg gt2 aja..
Realita di luar lebih asik loh.. =)
Indonesia menunggumu.. =p
-a pal-
Oiya, Kram, tanggepin masalah pemilu skrg dong..
Denger2 calonnnya cungkring2.. paling yg rada sedikit lumayan (versi saya) anak GM 02 itu, walaupun kaga tau 'ekor'nya bagus2 apa ga..
Knapa sih orang2 yg bagus (versi saya) kaya Fajar TI 02 pada kaga nyalonin.. Pdhl chance menang gede tuh, apalagi zaman skrg.. (sampein ke Fajar, ada yg ngefans ni.. hehe. Jar, jgn mau jd menteri kl ditawarin mending buru2 lulus! hehe)
Ok, mulai skrg anonymous bakal ikut ni blog terus pake nama 'a pal'.. (abis males buat login)
Thanx ya Kram,
C U
-a pal-
dan gue menyimak stasiun berita internasional punya trump, disitu ada senator amrik yang bicara soal demokrasi di irak.
doi bilang, "kita harus bercokol lebih lama, dimanapun di dunia ini yang blum ngerti demokrasi." "mereka tidak tahu yang mereka pilih, siapa kandidatnya, apa programnya, dan kenapa mereka bisa memilih yang lain, selain dari wajah yang mereka lihat sehari-hari"
perlu amerika dateng ke itb? menyedihkan...
dan bukan berarti gue bilang liatlah ke amerika, tapi, belajarlah dari pengalaman yang ada...
bahwa nantinya, orang2 yang duduk di lembaga sentral mahasiswa itu bisa jadi dilirik oleh partai yang habitnya juga sama...
adakah pendewasaan? : )
-d-
Sekedar info tambahan :
"Bataviase Nouvelles" terbit 7 Agustus 1744 diklaim jadi surat kabar pertama di Indonesia, Gubernur Jenderal Van Imhoff. Baru tanggal 5 Agustus 1810 terbit "De Bataviasche Koloniale Courant", zaman Daendels. Tanggal 29 Februari 1812 terbit "The Java Gouvernment Gazette" (Java Gazette). Dan yang disebut sebagai pelopor pers modern indonesia, "De Locomotief" (yang berhaluan kiri) di Semarang 1890an seiring revolusi industri lewat pembangunan jaringan rel kereta api pertama di hindia-belanda (bahkan asia tenggara)jalur Semarang-Juwana (pati). Dari sini juga berdiri organisasi serikat buruh pertama di Indonesia yang berjuang lewat sebuah media.
Kalo koran nasionalis, disebut "Medan Prijaji" 1904 adalah yang pertama.
-d-
Hmmm.. jadi pengen nanggepin..hehe ;p
Pernyataan ada Kram,di tiap kasus. Bahkan pas Anam ma Wiyono aksi dulu Kongres ngasi Memorandum ke Kabinet dan nyuruh klarifikasi ke massa kampus...
Masalah sosialisasi.. Ga ada pembelaan ato pembenaran dari gw.. Ada si,tapi kurang banget..
Btw, tulisan yang bagus... Kasihin ke Kongres baru Kram..masukan buat perbaikan ke depannya... =)
alloo...
komen lo rame juga ya, hehehe
(lewat doank sih...)
Kram ada info GA ENAK nih..
Di masa2 pemilu KM kaya skrg,
ternyata ada orang2 yg make nama KM-ITB
buat nyari pendapatan pribadi..
Jadi modus mereka nyebar2 proposal beasiswa mahasiswa tidak mampu ke Pemda2 tertentu..
Gila mintanya ga tanggung2, sampe 40-an juta!!
Goblogg tuh orang2..
Padahal kalo di kampus aja, sok2an teriak2 "demi rakyat"!!
Taunya malingnya mereka2 juga..
Woii lo2 pade yg ngerasa dari elemen 'sok demokratis', 'sok demi rakyat', 'sok bakar ban', padahal 'IP ancur'..
Nyadar ga sih lo, kl penerus koruptor2 itu ya lo2 juga..
(Cari duit tuh yg halal, gw kerja dr pagi ampe mlm tp gaji kecil..)
Serius!! Ga boong, gw liat sendiri proposalnya..
Tolong diselidiki dong, jgn sampe nama KM-ITB di luar ancur gara2 duit ga seberapa..
(Selain buat kalangan Pers, info ini jg baik ditanggapi oleh Kongres & Kabinet KM)
(Maap Kram, kata2nya rada2 laen dari biasanya.. Abis gw napsu ngeliat org2 kaya gt..)
ps: Kram, bales dong prtanyaan2 saya yg lain..
Thanx bro,
-a pal-
Oh ya, pertanyaan soal Pemilu.
Buat saya, pemilu yang sebenarnya sudah berakhir sebelum dimulai. Ingat insiden Hendra Jaya memekikkan Aku menolak untuk takluk!!?
Malam itu semuanya berakhir sebelum dimulai.
Pemilu putaran kedua ini, akibatnya jadi antiklimaks. Mending kita jadi penonton saja.
Soal cewek, rahasia ah :p
Media mainstream, mana saya tahuuu.
Infonya lewat sini aja yah..
'elemen' yg dimaksud kan Ikram udah bs nebak.. diatas di atas udah dikasi clue2-nya kan..
Nah, samperin "org2 tua" (angktn 2001-an) dr elemen tsb (dpnnya T blkgnya A)..
Pancing aja dgn bilang, 'gw mau daftar ikut beasiswa dong'..
Nah kl mrk bego, bakal dikasi liat tu proposal..
Di proposal ditulis beasiswa per-orang pake SPP anak 2005.. Pdhl tiap tahun SPP kan beda2..
Bayangin aja margin per-orang brapa..
Kl marginnya 500-700an ribu berarti kl 10 orang aja udah 5-7 jutaan..
Nah, blum lagi kl jml orangnya fiktif.. Pake nama KM-ITB lagi.. UUUURRGGHHH!!!!
-a pal-
Hehehe, bukannya nggak percaya.
Tapi hari gini, yang main klaim bukan sepihak doang. Mungkin itu sebabnya Kantor Kemahasiswaan mensyaratkan setiap permohonan dana keluar mesti ada tandatangan mereka.
Sekilas memang seperti pembatasan, tapi dua kilas?
tumben lo nyorot politik kampus di Blog....
yah namanya juga jaman gini.........
eh siapa tuh yang bikin proposal fiktif..... Gebukin aja rame-rame..... Gak sopan kelakuannya
Kram...
Maafin gue ya
Gue pinjem Behind the Screen lo
Trus gue bawa pulang
Keselip entah dimana
Pas ketemu udah berlalu beberapa bulan
Dan udah gue balikin ke Boul
Maafin juga klo commentnya gak nyambung...
Smalem mimpiin Ikram.. =)
-a pal-
hahahahaha, si a pal ini mau provokasi ikram tp ga berhasil ye
kram jgn percaya a pal seblum lo cek kebenaran beritanya. Setau gw mereka memang sengaja memukul rata beasiswa biar gampang nyarinya dan setau gw beasiswa yang diurus anak-anak itu lebih beres dibanding yang lpkm soalnya ada prosedur wawancara diam-diam dengan teman-teman si pemohon beasiswa. Kalo lewat lpkm sih banyak kasus penipuannya. Dan setau gw lagi lpkm lebih busuk banyak dana untuk mahasiswa yang menguap entah kemana.
kau tau kram apa yang dimuntahkan oleh awan?
sebuah narasi
narasi cinta yang dibangun oleh dimensi yang tak mungkin terpetakan...(gitu kali ya)
tumben ada puisi2an di blog loe?
kapan giliran loe buat? hehehe
yg diatas ngebhs apa kram?
kagak ngarti, maklum lemot!
-arfah-
liat liat hasil pemilu, nampaknya tulisan lu masih akan relevan sampai setahun kedepan...
=p
Cuma mau bilang 'Happy Birthday dear....' sukses selalu ya...
Cheers
Louie
Arfah, gpp kan sekali2 ada puisi. Giliran gua kapan ya, masih lama banget kali. Yang di atas membahas main klaim-klaiman.
Beni, emang gimana hasil pemilu? Hehehehe.
Louie, terimakasih.
ya ampun! lo ulang taun ya??! hehehe selamat ya kram..
kadonya, lo kena tag yang 5 mimpi itu deh.
met ultah pals.
ikram, selamat ulang tahun!
telat sih emang. but it's better than never, khan?
debukaki
o ada yg ultah ya?
hehehe
selamatlah ya...
selamat mengulum umur yang bertambah tua... :)
-arfah-
Upi, Sawung, Arif, Arfah,
Terimakasih :)
jadi senator aja kram? kongres sekarang kebanyakan anak-anak muda.. gampang dikemplang sama kabinet.
yah
telat
kram
ga
pa
pa
ya
?
selamat
ulang
tahun
semoga
akan
trus
ada
pengulangan
amieen
_ca
ta
to
ni
a_
btw, link ke wordpress gw kapan pindah ke sampingnya kram?malu euy lamaX2 nongkrong deket headernya =)
okeh okeh.kapan tulisan baru nya =)
gw tersinggung deh baca catatan samping lo. huhu
herve leger, soccer jerseys, hollister, new balance, p90x workout, soccer shoes, reebok shoes, ferragamo shoes, valentino shoes, chi flat iron, beats by dre, converse, asics running shoes, jimmy choo shoes, ray ban, instyler, north face outlet, north face outlet, mac cosmetics, ralph lauren, ghd, abercrombie and fitch, nike trainers, longchamp, iphone 6 cases, timberland boots, louboutin, gucci, nike air max, bottega veneta, oakley, birkin bag, wedding dresses, converse outlet, celine handbags, lululemon, mont blanc, babyliss, insanity workout, mcm handbags, nike roshe, nfl jerseys, nike huarache, hollister, nike air max, vans, hollister, giuseppe zanotti, baseball bats, vans shoes
louis vuitton, toms shoes, moncler outlet, canada goose outlet, ugg,uggs,uggs canada, hollister, coach outlet, canada goose, moncler, doudoune canada goose, juicy couture outlet, michael kors handbags, sac louis vuitton pas cher, pandora charms, canada goose, swarovski, louis vuitton, louis vuitton, doke gabbana outlet, wedding dresses, pandora jewelry, ugg boots uk, moncler, juicy couture outlet, swarovski crystal, moncler, lancel, moncler, supra shoes, michael kors outlet, replica watches, louis vuitton, pandora jewelry, ugg,ugg australia,ugg italia, moncler, canada goose uk, thomas sabo, pandora charms, michael kors outlet online, ugg pas cher, marc jacobs, canada goose, moncler, montre pas cher, barbour, canada goose outlet, links of london, barbour jackets, karen millen, canada goose, moncler, bottes ugg
jianbin1219
cheap jordans
marc jacobs outlet
tods shoes,tods shoes sale,tods sale,tods outlet online,tods outlet store,tods factory outlet
kobe 9 elite
hollister shirts
hollister
instyler ionic styler,instyler,instyler ionic styler pro
babyliss outlet
converse sneakers
valentino shoes
salomon speedcross 3
ed hardy outlet
nike air foamposite one,foamposite,foamposites,foamposite release 2015,foamposite sneakers,foamposites for sale,foamposite gold
air jordan 4 free shipping
tommy hilfiger outlet
bottega veneta outlet online
شركة تعقيم وتطهير الشارقة
شركات تعقيم ضد كورونا في الشارقة