Banjir Kanal Timur
Thursday, February 08, 2007
Alkisah, Jakarta sudah punya gubernur baru.
Berbeda dengan gubernur lama yang tidak tahu apa-apa soal banjir lima-tahunan (maklumlah, frase "lima tahun" hanya akan mengingatkannya pada masa jabatan), gubernur yang satu ini sangat tidak ingin Jakarta kembali berubah jadi Venesia. Dia sangat tidak ingin penduduk Jakarta kembali mesti tinggal di atas atap rumah, sementara air meluap hingga setinggi tiang telepon. Maka dalam rapat koordinasi pertamanya, sang Gubernur memutuskan mempercepat pembangunan Banjir Kanal Timur, sebagai jalur air.
"Sudah sewajarnya dong," katanya kepada wartawan, "kita memikirkan waterway, jangan cuma busway".
Waktu pun berlalu begitu cepat, dan penduduk Jakarta kini kembali berhadapan dengan musim banjir lima-tahunan. Dari Bendung Katulampa dikabarkan, tinggi muka air sudah di atas normal. Orang pun cemas. Makanan sudah ditumpuk, perahu karet sudah dipompa. Yang tetap tenang cuma Gubernur. Dia begitu yakin pada waterway-nya.
Lantas apa yang terjadi? Jakarta kembali digulung banjir. Gubernur seperti ditampar di muka. Apalagi Banjir Kanal Timur gagal total. Bukannya menyalurkan air limpasan, ia malah dilanda banjir juga. Bisa ditebak, Gubernur tak dipilih lagi.
Maka Jakarta pun kembali punya gubernur yang baru. Tak mau terjungkal gara-gara banjir, gubernur yang baru ini sangatlah menaruh perhatian besar kepada masalah di Banjir Kanal Timur. Pada hari-hari awal dia berkuasa, dipanggilnya semua insinyur, teknisi, konsultan dan semua pihak untuk membahas soal banjir.
"Katakan pada saya, apa yang salah dari Banjir Kanal Timur? Mengapa ia tak berfungsi sebagaimana mestinya? Malah ikut banjir?"
Mereka semua terdiam seribu bahasa, pertanda tidak tahu. Tapi tentu kita (anda, saya, dan pembaca blog ini yang lain) dapat dengan mudah mengetahui di mana salahnya.
Kita, yang kebetulan melek pada saat pelajaran Bahasa Indonesia (dan karenanya mengerti perbedaan frase DM dan MD), akan bilang begini pada mereka:
Mana lebih tepat menurut Bapak -- Banjir Kanal Timur atau Kanal Banjir Timur?
------
DM (diterangkan-menerangkan). "Kanal banjir" artinya kanal untuk banjir. MD (menerangkan-diterangkan). "Goreng pisang" artinya pisang yang digoreng. Secara teori, bahasa Indonesia tidak menganut model MD, melainkan DM.
Berbeda dengan gubernur lama yang tidak tahu apa-apa soal banjir lima-tahunan (maklumlah, frase "lima tahun" hanya akan mengingatkannya pada masa jabatan), gubernur yang satu ini sangat tidak ingin Jakarta kembali berubah jadi Venesia. Dia sangat tidak ingin penduduk Jakarta kembali mesti tinggal di atas atap rumah, sementara air meluap hingga setinggi tiang telepon. Maka dalam rapat koordinasi pertamanya, sang Gubernur memutuskan mempercepat pembangunan Banjir Kanal Timur, sebagai jalur air.
"Sudah sewajarnya dong," katanya kepada wartawan, "kita memikirkan waterway, jangan cuma busway".
Waktu pun berlalu begitu cepat, dan penduduk Jakarta kini kembali berhadapan dengan musim banjir lima-tahunan. Dari Bendung Katulampa dikabarkan, tinggi muka air sudah di atas normal. Orang pun cemas. Makanan sudah ditumpuk, perahu karet sudah dipompa. Yang tetap tenang cuma Gubernur. Dia begitu yakin pada waterway-nya.
Lantas apa yang terjadi? Jakarta kembali digulung banjir. Gubernur seperti ditampar di muka. Apalagi Banjir Kanal Timur gagal total. Bukannya menyalurkan air limpasan, ia malah dilanda banjir juga. Bisa ditebak, Gubernur tak dipilih lagi.
Maka Jakarta pun kembali punya gubernur yang baru. Tak mau terjungkal gara-gara banjir, gubernur yang baru ini sangatlah menaruh perhatian besar kepada masalah di Banjir Kanal Timur. Pada hari-hari awal dia berkuasa, dipanggilnya semua insinyur, teknisi, konsultan dan semua pihak untuk membahas soal banjir.
"Katakan pada saya, apa yang salah dari Banjir Kanal Timur? Mengapa ia tak berfungsi sebagaimana mestinya? Malah ikut banjir?"
Mereka semua terdiam seribu bahasa, pertanda tidak tahu. Tapi tentu kita (anda, saya, dan pembaca blog ini yang lain) dapat dengan mudah mengetahui di mana salahnya.
Kita, yang kebetulan melek pada saat pelajaran Bahasa Indonesia (dan karenanya mengerti perbedaan frase DM dan MD), akan bilang begini pada mereka:
Mana lebih tepat menurut Bapak -- Banjir Kanal Timur atau Kanal Banjir Timur?
------
DM (diterangkan-menerangkan). "Kanal banjir" artinya kanal untuk banjir. MD (menerangkan-diterangkan). "Goreng pisang" artinya pisang yang digoreng. Secara teori, bahasa Indonesia tidak menganut model MD, melainkan DM.
16 Komentar:
btw.. loe demen banget yah membahas soal teori2 bahasa indonesia :D gw aja udah lupa hahaha... sip.. salut..
anyway.. about banjir kanal timur.. bukannya itu udah dari taon jebot yah? gila, ampe skrg belom jadi juga tuh kanal???? hebat..... good job, sutiyoso... congrat's for making your people suffer. gosh, i never like him from the very beginning!!
walopun tuh kanal dibangun segede apa kek... klo sampah2 masih memadati sungai en kali di jkt.. ya sama jg boong, pak!
semoga banjir kali ini membuat org lebih sadar akan lingkungan (termasuk gw nih). yok, kita jaga sama2...
apa benar bahasa indonesia hanya mengenal md. teori di buku smpku dulu pernah menempatkan dm sebagai salah satu pola frase. perlu bahasan dulu, kram. apa kau sudah melihat tataran sastra pada teorimu.
Amellie, I don't like him from the beginning either. But this isn't about like and dislike... It's about competence!
Arfah, nice point. Sastra memang memberikan kelonggaran dalam berbahasa (karena menyangkut rasa).
Tetapi kita juga mesti ingat, bahwa berbahasa juga erat kaitannya dengan logika. Apakah mungkin, menanggulangi banjir dengan membangun Banjir, bukannya Kanal?
"sastra memberikan kelonggaran dalam berbahasa" tergantung pada siapa kita berbicara, Kram. pada sastrawan yang sangat realis, seperti ali akbar navis, jelas dia mengusung kelogikaan berpikir dalam berkarya, apalagi jika dia membuat cerpen.
'seliar' apapun membuat cerpen, tetap saja harus patuh pada aturan cerita: tema, alur, latar, dan sebagainya. puisi, bersentuhan dengan linguistik hingga tahap paling sakral, berdusta dengan kesucian, tapi pada akhirnya tabirnya dapat dibuka secara ideologis.
jadi ngelantur ga jelas, nanti saya tanyakan ke temen bahasa ttg dm atau md. menarik!
ini mestinya lucu. tapi dimananya ya...
(balas dendam)
btw, i think jakarta is gonna be agree with military leader, isn'it? with competence of course. so that, it's all about leadership!
komentator lepas, DM atau MD?
*masa ga bisa :D
kayaknya, gak ada hubungannya deh, hehehe...
Andre, nggak mempan tuh :P
Trian, even our current president has military background. You talk about leadership, eh?
Mas Aulia, nggak ada hubungan gmn maksudnya? :D
Kram, minta lagunya David Benoit yang Looking Back dong.
Eh, Benoit David yang Back Looking..
ahh, gak usah pake banjir kanal timur atau kanal banjir timur. Menurut saya, bangun banyak taman dan hutan kota. Pangkas semua villa di puncak! Maka nggak akan ada lagi banjir. Sebagai pecinta kota di dalam taman, maka sudah seharusnya pembangunan kota di indonesia bernuansa eco-friendly. Udah ga jaman lagi MALL. Semalam saya bermimpi Dada Rosada membangun Mall di depan Gedung Sate, semoga itu tidak menjadi kenyataan... amien..
Ya itu, Kram. dah dijajah Belanda, masih saja ga bisa bangun dam. eh, lagian Blanda dulu pernah ngajarin sesuatu y? :)
jaman dulu pas blon ada villa di puncak, jakarta dah kebanjiran tuh. tahun 1912, kalo ga salah. jadi bukan vilanya yang 100% salah.
tapi kan gak segede sekarang..
"Secara teoritis," bukan "secara teori" kali...
Haha, terimakasih Lida!
usaha laundry , bisnis laundry , deterjen laundry , waralaba laundry , franchise laundry , softener laundry , pewangi laundry
adidas online shop
yeezy boost 350
nike huarache
adidas tubular
adidas nmd
nike roshe one
longchamp bags
atlanta falcons jersey
jordan 11
cheap nfl jerseys