Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

Bincang-bincang Rektor ITB

Thursday, March 08, 2007

Pengantar:
Yuti, Candra, dan saya, mewawancarai Djoko Santoso untuk Berkala ITB di bulan November 2006. Ya betul, ini sudah lama. Saya menunggu Berkala-nya terbit dulu, baru saya publish di sini. Selamat membaca.


Apa saja keberhasilan yang dicapai selama menjabat rektor ITB?
Yang pertama kali, program yang saya janjikan dulu ya. Sejak saya menjadi rektor, itu kan secara sederhana: satu adalah kesejahteraan. Yang kedua adalah mutu, terkait dengan akuntabilitas. Terus yang ketiga adalah komunikasi dari dan kepada berbagai pihak.

Nah, kalau kita lihat satu-satu ... Yang berkaitan dengan kesejahteraan. Bagaimana dosen dan pegawai institut itu supaya kerjanya bisa serius? Kan tentunya harus diperhatikan kesejahteraannya. Nah itu perbaikan sudah ada, dan cukup signifikanlah.

Seberapa signifikan?
Ya kira-kira pendapatan itu setidaknya dua kali lipat. Atau lebih, kalau yang bekerja bagus. Ada yang lima kali – sampai segitu. Nah kalau yang nggak kerja barangkali seperempat kali pun nggak, hahaha.

Kalau dosen (proyek) di luar terus ya nggak dapat ... ya dia biar dapat yang dari luar kan. Satpam, tukang sapu, perbaikannya juga bagus. Itu signifikan. Jadi, secara relatif meningkat, secara absolut belum begitu bagus.

Kawan-kawan ada yang menyebut ini belum program gizi, tapi program oksigen. Jadi cuma menolong supaya nggak semaput saja.

Baik, itu soal kesejahteraan. Berlanjut ke soal mutu sekarang...
Mutu jelas sekali. Mutu pengajaran akan baik kalau semua dosen mengikuti aturan bagaimana dia harus mengajar. Jadi dia harus mengajar pada waktunya, dia harus menyiapkan bahan yang untuk diajarkannya, dia juga harus melakukan proses pengujian sesuai dengan apa yang diterapkan sebagai standar – mutu akan meningkat sendiri, dari sisi pengajaran.

Dari sisi penelitian, mutu itu hanya bisa dicapai kalau orang itu melakukan kegiatan penelitian terus-menerus. Oleh karena itu, sejak saya mulai tahun 2005, dana penelitian kita usahakan tingkatkan terus. Karena nanti, penelitian dan kesejahteraan dosen menjadi terkait. Kalau dosen melakukan penelitian kan nanti dia mendapatkan tambahan juga dari situ, tetapi dari sisi lain, ilmu dia meningkat terus. Ini semua semakin baik, saya yakinlah.

Di sisi lain, makin banyak setiap minggu – barangkali Anda boleh lihat– seminar nasional ataupun internasional di kampus kita. Itu adalah kemajuan yang ditunjukkan dari proses bagaimana kita mendorong supaya ITB itu menjadi masyarakat akademik yang sebenarnya.

Indikator yang lain: sekarang baru keluar kan, namanya world class university. Sekarang kalau saya bepergian, universitas-universitas itu sudah tidak bisa lagi memandang enteng saya sebagai rektor. Saya ini sebagai rektor Bandung Institute of Technology itu sangat terhormat. Sekarang ini. Ya boleh Malaysia masuk ke sana tetapi kan suppose dia hampir 200 besar kita 250-sekian. Beda sedikit. Nggak ada artinya apa-apa itu. Kita sama-sama kelas dunia.

Itu hasil dari jerih payah bagaimana kita dorong semua orang yang ada di institut kita menjadi accountable.

Apa ada pengaturan, antara dosen dan peneliti? Misalkan dosen meneliti, maka jam mengajarnya dikurangi?
Kalau kita nggak. Dosen itu juga peneliti. Suruh mengatur sendiri. Jadi terserah. Misalkan saya, meskipun saya ini rektor, mau mengajar kan tidak boleh ada yang melarang. Tapi saya nggak punya waktu lagi kalau mengajar. Oleh karena itu saya memilih untuk okay, saya hanya bisa membimbing. Itupun membimbing S3.

Apa target tahun depan?
Yang perlu kita lakukan pertama kali adalah mempertahankan apa yang sudah baik. Semuanya. Kemudian kita tingkatkan sedikit-sedikit. Terus, kita tingkatkan terus-menerus.

Karena ada hal yang menarik di dalam mengelola universitas sebesar ITB ini: saya itu dari sisi support, itu cuma di-support tuntutan. Dari semua anggota masyarakat. Baik yang level paling bawah sampai paling tinggi. Tuntutannya apa? ITB itu harus baik. Hanya itu.

Tapi semangat inilah yang harus kita jaga terus. Semangat menang. Semangat bisa. Semangat berani. Nah ini orang Indonesia kan di dalam wah teriaknya kencang. Di luar nggak bunyi. Masalahnya bukan bisa dan tidak bisa. Masalahnya berani dan takut. Kebanyakan penakut, orang Indonesia itu.

Soal proyek, apakah terpusat atau dosen bisa mencari sendiri?
Mencari sendiri boleh. Tetapi, setelah dia dapat, harus diadministrasikan di ITB. Karena dia dosen ITB. Dan nanti pada saat mengerjakannya, fasilitas ITB yang dia pakai. Laboratoriumnya, listriknya, jalannya, semua punya ITB.

Persentasenya saya nggak tahu persis, tapi yang jelas dia bisa mengerjakan apa yang dia mau. Itu kan yang penting. Kontribusi proyek, kalau dalam anggaran, apakah itu proyek penelitian ataupun proyek jasa ITB, itu 50% dari anggaran kita sendiri.

Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kemitraan baru ada setelah masa jabatan Anda. Apa alasannya?
Itu memang harus diurus, kalau kita ingin menjadi universitas yang sebenarnya. Penelitian. Kalau Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat kan beda. Itu konotasinya lebih kepada service kepada publik. Kalau ini kan tidak. Dia memang bertugas untuk mendorong penelitian di ITB ini berkembang terus dan mempunyai dampak.

Dampak dari penelitian itu ada dua. Yang kesatu adalah, dampak yang berupa berkembangnya pengetahuan baru. Itu yang disebutnya citation. Itu ada indeksnya sendiri. Kalau Anda mau cari, Google Scholar. Nanti Anda bisa ketik. Pak Djoko ini ngomong thok apa ada sih di Google Scholar. Nanti Anda boleh ketik, namanya keluar nggak.

Dampak yang lain lagi, misalnya dari hasil penelitian tadi menjadi paten. Paten kemudian dibeli sama orang. Dampak yang lain lagi adalah problem solving dari kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan pengembangan. Misalnya kayak saya, di dalam delineasi pemboran. Jadi orang mau ngebor lagi, tempatnya sebelah mana to? Itu langsung itu.

Bagaimana dengan komunikasi internal ITB?
Komunikasi bukan berarti saya menemui semua orang – itu kan komunikasi zaman kuno. Gampangnya saja, kalau saya mau ketemu seluruh ITB apakah saya mengumpulkan dosen terus saya ngomong di depan teriak-teriak begitu? Nggak. Saya cukup memanggil sepuluh dekan saya. Selesai.

Ke mahasiswa, sama. Governance mahasiswa paling tidak jalan. Harusnya, kalau saya ketemu dengan mahasiswa ITB itu hanya satu orang. Namanya Presiden KM. Saya sudah ngomong sama dia, “Ya urusan kamu, tapi kamu adalah wajah dari mahasiswa ITB. Kalau kamu tidak berhasil mewujudkan diri kamu sebagai wajah mahasiswa ITB, ya bukan Presiden KM.”

Termasuk soal penutupan gerbang saat OSKM tempo hari?
Lo karena itu bukan wajah ITB. Bayangkan saja, kalau wajah ITB kan yang datang ke situ, itu akan kira-kira 2500 orang. Nggak kan? Bukan wajah ITB sama sekali. Meskipun kabinet. Boleh menyatakan kabinet, tapi itu bukan wajah ITB.

Jadi siapa yang pantas mewakili mahasiswa, kalau bukan Kabinet?
Saya nggak bisa jawab, karena bukan urusan saya. Itu urusan Anda yang mahasiswa. Itulah yang Anda harus buat, yang namanya “student government”. Jadi di ITB ini memang ada KM, ada himpunan, nggak tahu ada apa lagi, tapi “student government” tidak ada. Nggak ada sebetulnya. Makanya begitu tidak menggambarkan wajah ITB, ya saya tolak.

Tapi meskipun itu tidak menggambarkan wajah ITB tapi itu masih yang baik-baik, ya saya terima. Nggak masalah. Mau apa? Silaturahmi, buka bersama, ya silakan. Meskipun itu nggak tahu apakah semua sepakat untuk silaturahmi atau tidak tapi itu baik. Oke nggak masalah. Mau membuat lomba karya ilmiah, apakah menggambarkan atau tidak menggambarkan – itu baik. Tapi mulai tadi itu: mau teriak-teriak di jalanan? Mengganggu orang ... Oh itu saya nggak sepakat karena mulai mengganggu orang. Ya toh? Minimal orang yang mau lewat kan nanti ngomelin saya.

Wong Anda parkir nggak keruan di pinggir jalan itu saja saya dikirimi surat banyak dari masyarakat. Gara-gara parkir kan. Padahal salah saya apa, wong mahasiswa yang parkir?

Saya sendiri sebagai pimpinan di sini harus bisa melihat itu. Meskipun itu tidak representatif, tapi kalau itu baik, oke. Tapi begitu miring-miring, ya nanti dulu

Bagaimana cara Anda mengkomunikasikan kebijakan Anda, untuk kasus kebijakan yang kira-kira kurang berkenan di mahasiswa? Apa tetap lewat jalur rektor – dekan – kaprodi?
Itulah satu-satunya yang harus dipertahankan. Governance itu harus dijalankan. Dan sering saya memarahi misalnya kaprodi yang dia tidak menyampaikan kembali ke mahasiswanya. Malah menyampaikan pun nggak, kadang-kadang. Mahasiswanya ngapain, dianya ngapain. Padahal tugas dia untuk menyampaikan.

Ada beberapa kebijakan yang rasanya masih janggal, seperti penutupan gerbang yang dekat SBM. Sekarang dibuka hanya setiap Jumat siang.
Nah, itu menarik. Itu menarik. Kalau itu dibuka, langsung di situ mahasiswa keluar-masuk lewat situ. Tumbuhlah pedagang kaki lima. Itu terjadi seperti itu. Nah kalau ditutup, paling-paling kan saya cuma menghadapi Anda yang tanya-tanya kayak gitu. Begitu menghadapi pedagang kaki lima, ceritanya lain lagi. Nanti terus tumbuh terus, lah kumuh kayak dulu. Kalau kumuh kayak dulu, nanti Anda juga protes lagi ke saya: kenapa kok dibiarkan kumuh?

Kalau burung Kowak bagaimana?
Oh burung Kowak itu alamiah ya. Ahli kita sudah ditanya, suruh ini-ini belum juga dianya. Kata ahlinya ya memang dia mau bersarang di situ. Mau apa ya? Nggak tahu ada ahli burung atau apa, yang bisa mengusir. Tapi itu ada banyak gunanya juga. Saya malah pengennya ke belakang sana, ke Jalan Dayang Sumbi, kowaknya itu. Supaya warung-warungnya pergi semua nanti. Ada gunanya juga.

Berarti kalau orang hendak berjalan di Jalan Ganesha ...
Hati-hati. Bawa topi dong. Hehehe.

Yang lebih menarik lagi, saya itu kadang-kadang suka diprotes orang. Misalnya pagar ini nih: di luar situ kan bukan area saya. Ketika kotor, orang akan bilang “wah itu kotor, masak depannya ITB itu kotor” – lah itu mah tugasnya Pak Walikota! Tugas saya kan pagar itu ke dalam.

Begitu juga sampah. Sampah di dalam kampus, urusan saya. Di luar kampus, meskipun itu di depan saya, itu urusan Pak Walikota. Sekali sekali saya membereskan nggak apa-apa lah. Tapi kalau kebangetan, sampai menumpuknya kebangetan, ya kita nggak mampu lagi toh. Mau tak buang ke mana?

Begitu juga soal kehilangan motor. Saya tidak menyuruh mahasiswa ITB datang ke kampus membawa motor. Hilang? Ya salahmu dewe siapa yang nyuruh? Dan kita juga tidak pernah memberikan jaminan motor atau mobil di dalam kampus tidak akan hilang.

Di tahun 2006, ITB berganti logo...
Bukan berganti. Yang “OTB” itu tidak pernah disetujui oleh Senat. Tapi gambar gajah, itu disetujui Senat. Tulisan “Institut Teknologi Bandung” itu juga disetujui.

Kalaupun kita mau mengombinasikan keduanya, ya suka-suka Anda. Misalnya kalung jabatan saya itu, yang warna kuning, itu kan lonjong. Boleh. Tapi OTB ya nggak boleh.

Apa tahun ini ITB tetap menerima mahasiswa per fakultas?
Iya. Karena apa yang saya lakukan adalah menjamin mutu prestasi puncak. Kemudian saya memperkecil celah antara rata-rata dan prestasi puncak dengan memperkecil standar deviasi.

Ke depannya saya harapkan semua fakultas sudah ikut mekanisme seperti ini. FTI itu mungkin merasa lebih pintar jadi tidak mengerti konsep ini. Kan ini konsepnya sangat matematis ini – pakai statistika saja.

Masalah minat pada akhirnya akan membuktikan apakah di dalam fakultas itu satu kelompok atau tidak. Kalau sampai ada program studi yang tidak diminati mahasiswa, sebetulnya itu dia tidak pada kelompok itu. []

------
Berkala ITB edisi Maret 2007. Wawancara oleh Yuti, Candra, dan saya.

Sejak melakukan wawancara ini, saya tak lagi heran mengapa burung Kowak masih saja merajalela, menumpahkan "cat putih" setiap harinya. Mungkin sekali-kali Pak Djoko perlu juga berjalan kaki di Jalan Ganesha. Dan selain topi, dia mungkin juga akan butuh masker penutup hidung.

16 Komentar:

Blogger Trian Hendro A. »
08 March, 2007 12:06  

alasan yang sama saat kasus sampah yang menggunung di Tamansarai kemarin.katanya,Tugas ITB hanya samapai pagar.kalo gitu,subsidi dan semua atribut ITB jg ga layak disandang ITB.

btw, pas wawancara ga ditanya, "kamu angkatan berapa?: :P

Blogger ikram »
08 March, 2007 13:27  

Maksudnya??! Hahaha. Aku lupa-lupa ingat apa dia tanya atau nggak.

Mungkin memang terlalu mewah ya, untuk meminta burung Kowak itu "ditertibkan"?

Anonymous Anonymous »
08 March, 2007 18:10  

ga masalah lah Kram, burung kowak masih 'merajalela'. toh mereka butuh habitat. sama kayak kita nyari tempat yang nyaman.

lagipula kita-kita masih punya otak yang lebih cerdas, apalagi sekedar mencari jalan lain untuk menghindari 'cat putih'.

istilahmu bagus...

Blogger ikram »
09 March, 2007 07:04  

Tapi, bukankah mereka sudah terlalu banyak ya? Jalan jadi putih... Pohon jadi layu...

Kalau sekedar dikurangi jumlahnya saja bagaimana?

Oya, untuk menghindar bukan hanya dibutuhkan otak cerdas, tapi juga naluri tajam :)

Blogger Lucky »
09 March, 2007 15:00  

saya kok nangkep kesan, 2 rektor itb terakhir itu khas: keras kepala, cerdas berkelit, dan terutama PRAGMATIS...
wawancaranya bagus!

Anonymous Anonymous »
09 March, 2007 16:17  

Narsisistik juga sedikit.. Apa-apa dijawab dengan "saya". Sombong tenan.

Kram aku minta berkalanya.

Anonymous Anonymous »
09 March, 2007 19:19  

Hm.. sayang, rektor ITB sekarang kurang manusiawi. hem.. maaf.. maksudnya, ok, sisi akademis emang ditingkatin.. cuman, yang kuliah kan manusia-manusia juga... gitu...

Take A Look Closer Commander!

Blogger Lida Handayani »
09 March, 2007 22:02  

Kram, Berkala itu punya ITB atau adiknya Boulevard?

Blogger anggunpribadi »
10 March, 2007 20:36  

Beginilah pejabat di Indonesia, bisanya bilang ini-itu, tapi nggak pernah mau mengalaminya sendiri. Enak juga bilang
"Ya pake topi dong".
If I were you udah tak kemplang kpalanya!

BTW si Joko itu kalau ke kampus naek mobil atau jalan kaki melalui jalan pintas dibelakang rumahnya sih?

Anonymous Anonymous »
11 March, 2007 00:00  

"Saya ini sebagai rektor Bandung Institute of Technology itu sangat terhormat."

o my god... so arrogant.

Blogger ikram »
11 March, 2007 18:25  

Lucky, terimakasih. Yang bikin bagus itu Yuti - kami sedikit "main peran" hehehe.

Pengamatan yang bagus :)

Halo Anonymous, gimana caranya saya kasih kamu kalau saya tidak tahu kamu?

Ade, maksud kamu kita terlalu berat kuliah?

Maul, Berkala itu bukan adiknya Boulevard... Dia buletin internalnya ITB, ada di bawah Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Kesekretariatan.

Anggun, SABAR! Hahahhaa.
Rumah yang menempel ke dekat Kantin Timur itu rumah dinas... Jadi nggak ada yang menempati. Djoko rumahnya di Dago Atas.

Amalia, what can you say about it? If he says so then be it.

Well, mungkin memang Djoko perlu lebih sering-sering lagi main ke kampus ya...

Anonymous Anonymous »
20 March, 2007 10:41  

Whew.. ternyata lu terbitin di blog jg ya kram.. well done.. Gw sih ngrasa kalian diremehin gt sm dia. Ga dianggep.. tp itu pilihan dia.. Liat aja reaksi org2 yg baca Berkala nanti...

Blogger Unknown »
10 April, 2007 22:04  

mas ikram, mas joko dan bu joko etik konco2 ku lho, meureun teh dia tokoh pilihan

wah

Blogger oakleyses »
17 October, 2015 09:28  

gucci outlet, nike air max, tory burch outlet, oakley sunglasses, prada handbags, ugg boots, louis vuitton, polo ralph lauren outlet, louis vuitton, kate spade outlet, prada outlet, cheap oakley sunglasses, louis vuitton outlet, louis vuitton outlet, oakley sunglasses, ray ban sunglasses, tiffany jewelry, replica watches, michael kors outlet, longchamp outlet, louboutin, burberry, burberry outlet online, michael kors, christian louboutin outlet, ray ban sunglasses, oakley sunglasses, replica watches, oakley sunglasses, tiffany and co, nike free, michael kors outlet, ugg boots, louboutin shoes, ugg boots, uggs on sale, longchamp outlet, nike outlet, louis vuitton, polo ralph lauren outlet, longchamp, michael kors outlet, michael kors outlet, louboutin outlet, nike air max, ugg boots, michael kors outlet

Blogger oakleyses »
17 October, 2015 09:36  

hermes, sac longchamp, new balance pas cher, kate spade handbags, north face, ray ban uk, nike blazer, burberry, nike roshe run, nike free, nike free run uk, oakley pas cher, true religion jeans, coach outlet, sac guess, air jordan pas cher, nike air max, true religion jeans, ralph lauren uk, air max, hollister pas cher, vans pas cher, ray ban pas cher, timberland, abercrombie and fitch, michael kors, tn pas cher, nike air max, converse pas cher, louboutin pas cher, michael kors, lacoste pas cher, mulberry, michael kors, air force, coach outlet, hollister, nike roshe, coach factory outlet, true religion jeans, nike air max, coach purses, lululemon, hogan, michael kors, north face, vanessa bruno, ralph lauren pas cher, true religion outlet, longchamp pas cher

Blogger oakleyses »
17 October, 2015 09:45  

louis vuitton, toms shoes, moncler outlet, canada goose outlet, ugg,uggs,uggs canada, hollister, coach outlet, canada goose, moncler, doudoune canada goose, juicy couture outlet, michael kors handbags, sac louis vuitton pas cher, pandora charms, canada goose, swarovski, louis vuitton, louis vuitton, doke gabbana outlet, wedding dresses, pandora jewelry, ugg boots uk, moncler, juicy couture outlet, swarovski crystal, moncler, lancel, moncler, supra shoes, michael kors outlet, replica watches, louis vuitton, pandora jewelry, ugg,ugg australia,ugg italia, moncler, canada goose uk, thomas sabo, pandora charms, michael kors outlet online, ugg pas cher, marc jacobs, canada goose, moncler, montre pas cher, barbour, canada goose outlet, links of london, barbour jackets, karen millen, canada goose, moncler, bottes ugg

Leave a reply Back to home

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by