Jusuf Kalla Tak Mampir Lama
Monday, June 25, 2007
Sabtu itu mestinya bakal jadi sama saja dengan Sabtu-sabtu sebelumnya di Jalan Ganesha. Para penjual makanan akan ramai mengelompok di sekitar jalan menuju Masjid Salman. Para juru parkir akan mengatur mobil-mobil yang berjejer mengisi tepian jalan. Angkutan kota akan hilir-mudik dan beberapa akan berhenti ngetem menunggu penumpang. Tapi pada Sabtu 7 April, ceritanya lain.
Tak ada satupun penjual makanan. Kehadiran mereka digantikan oleh ratusan aparat kepolisian yang berjaga-jaga, membentuk pagar betis di mulut jalan menuju Salman. Juru parkir juga tidak tampak. Kalaupun ada, apa yang hendak dibantu parkir? Truk polisi dan tentara tentu tidak butuh juru parkir berseragam oranye. Hari itu, yang secara terus-menerus hilir-mudik bukanlah angkot melainkan prajurit TNI berseragam tempur, yang berlari berkelompok.
(Satu-satunya yang berjalan seperti biasa mungkin hanyalah burung kowak yang bertengger di pepohonan).
Penyebabnya satu: kuliah umum bertajuk “Penyelesaian Konflik Secara Damai di Indonesia” yang menghadirkan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai pembicara. Jusuf Kalla dinilai berhasil meredam tiga konflik di Indonesia (Ambon, Poso, dan Aceh) sehingga Program Studi Pembangunan Alur Pertahanan mengundangnya untuk berbagi cerita di Aula Barat pada hari itu.
Maka, sesuai prosedur pengamanan standar Presiden/Wakil Presiden, kawasan sekitar Aula Barat pun dibuat steril. Tidak sembarang orang boleh berada di situ. Hanya mereka yang mengantongi kartu undangan saja. Menurut rencana awal, kawasan ini akan ditutup mulai pukul 11.00 WIB. Pemberitahuan kepada warga kampus disebarkan lewat email dan selebaran di area parkir.
Tapi belakangan datang kabar bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Bandung Raya akan melakukan demonstrasi terhadap kedatangan Jusuf Kalla. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (pemandangan demonstrasi tentu bukan sesuatu yang elok dipandang), rencana penutupan pun diubah menjadi sejak pagi hingga sepulangnya Wapres.
Karena mendadak, perubahan rencana ini tak sempat dikomunikasikan dengan baik kepada warga kampus. “Hari Sabtu jarang yang buka email,” kata Bambang Setyadji dari Kantor Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Informasi.
Akibatnya jelas. Kehebohan tak terhindarkan.
Tabloid Boulevard ITB memberitakan, sebanyak 77 mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati terpaksa melaksanakan ujian di pelataran Masjid Salman. Kepada Pikiran Rakyat, dosen Biologi Umum Rina Ratnasih mengaku “mengambil soal pun dikawal”.
Cerita kegusaran tak berhenti sampai di situ. Sebut saja, mahasiswa Biologi yang semestinya memberi makan hewan percobaan mereka. Atau mahasiswa Kimia yang sedang melakukan praktikum. Kedua keperluan ini jelas batal terlaksana gara-gara ditutupnya kampus.
Acara “Trend Desktop 2007” yang sedianya diselenggarakan di Comlabs juga mesti berpindah tempat ke Gedung Annex di Tamansari.
Mahasiswa meradang. Terlebih lagi, mereka tak mendapatkan jawaban yang jelas atas segala kehebohan ini. Djadji Satira dari Kantor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan mengatakan, karena sudah menyangkut keamanan Wapres, kendali tidak di tangan mereka. Mashudi dari Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung juga mengaku pihaknya hanya bertugas mengisolasi area. Semua jawaban bernada sama: “sudah prosedur”.
Terhadap begitu banyaknya aparat keamanan yang dikerahkan, seorang mahasiswa bernama Anggun Oktari mengatakan di blognya. “Bapak teh mau ke kampus atau kandang teroris?”
***
Seisi Aula Barat bangkit dari duduknya ketika Jusuf Kalla dan rombongan – salah satunya mantan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin – memasuki ruangan. Sebelum acara dimulai, mereka mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setelah itu Rektor ITB Djoko Santoso menuju mimbar, memberikan sambutan.
Sayup-sayup, orasi BEM se-Bandung Raya terdengar sampai ke dalam.
Kalau Djoko seakan tak hirau (ia tetap lancar membacakan sambutannya tanpa terpengaruh), tidak demikian dengan Jusuf. Begitu sampai di mimbar, ia langsung memerintahkan Kapolda supaya “Itu mahasiswa suruh diam. Ajari mereka demokrasi – kalau kita bicara, mereka diam.” Hadirin tertawa mendengar perintah yang tidak terlaksana ini. Sampai ujung acara, suara orasi mahasiswa masih saja terdengar.
Jusuf mengawali kuliahnya dengan bercerita soal keterlibatannya dalam usaha-usaha penyelesaian konflik di Indonesia. Ia mengaku dirinya terlibat secara tidak sengaja. Sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat waktu itu, ia bertanggungjawab mengurusi sekitar 250 ribu pengungsi di Poso. Sesampainya di Poso, ia menemui kenyataan bahwa saat itu ada kesalahpahaman luar biasa di antara kedua kelompok yang bertikai.
“Yang Islam bilang, kalau kau bunuh Kristen kau akan masuk surga. Yang Kristen juga bilang, kalau kau bunuh Islam kau masuk surga. Jadi mereka jual murah surga”
Padahal menurutnya, akar konflik sebenarnya adalah masalah politik. Gara-gara kekalahan dalam pemilihan kepala daerah, yang dikait-kaitkan dengan persoalan agama. Mengetahui akar konflik akan sangat berguna dalam menyelesaikannya. Untuk memberantas kesalahpahaman itu, Jusuf menantang kedua pihak untuk menunjukkan ayat kitab suci, yang menyebutkan janji mendapat surga dari membunuh itu.
Apa saja kiat-kiat penyelesaian konflik? Antara lain, pentingnya menjaga kepercayaan kedua belah pihak yang bertikai. Ini berarti tidak boleh ada perbedaan perlakuan. “Kalau saya pergi ke masjid satu hari, maka saya juga harus pergi gereja satu hari. Mesti adil.”
Ia juga menekankan pentingnya menunjukkan keberanian. Pihak penengah tidak boleh terlihat takut. Kemudian, selalu usahakan bertemu dengan orang yang paling “keras”. Kalau panglima sudah ditundukkan, maka yang lain akan menurut. Inilah sebabnya Jusuf Kalla tidak memakai jasa pengawalan selama berada di daerah konflik. Ia juga pergi sholat subuh ke masjid tanpa dikawal, supaya orang mendapat pesannya: tak ada ketakutan.
Kuliah umum ini seperti acara “behind the scene” – menceritakan apa yang belum terungkap.
“Kita mesti memahami mereka. Baca buku tentang daerah mereka, sejarah mereka, dengarkan musik, ingat tanggal-tanggal,” kata Wakil Presiden, “tapi kalau lupa sebut saja sembarang tanggal. Mereka juga sama nggak ingat kok itu. Hahahaha.”
“Dalam setiap perundingan, saya selalu kasih selang waktu tiga hari saja. Supaya mereka tidak bisa berpikir lama-lama atau berubah pikiran.”
“Saya katakan kepada pihak yang berkonflik. Ada tiga pilihan: pertama, tambah jumlah peluru dan senjata supaya kalian bisa saling membunuh lagi. Supaya masuk surga semuanya. Mau? Tidak. Kedua, saya tambah jumlah tentara. Tidak mau juga? Ah yang ketiga, hentikan konflik ini. Akhirnya mereka memilih opsi yang ketiga ini.”
Acara kuliah umum Jusuf Kalla ini, sebagaimana yang diharapkan Djoko Santoso, berhasil memberikan pandangan lain tentang penyelesaian konflik – khususnya di Indonesia. Sebab, selama ini literatur soal penyelesaian konflik yang ada kurang membahas Indonesia.
***
Hingar-bingar yang terjadi seputar kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla meninggalkan pelajaran rumah bagi ITB untuk memperbaiki lagi perihal komunikasi publik. Secara resmi, memang tidak ada kegiatan akademis pada hari Sabtu – tapi bukan berarti tidak perlu ada pemberitahuan bahwa kampus akan ditutup bagi warga kampus selain undangan, bukan?
Tetap saja, perlu dicari tahu bagaimana caranya supaya ITB bisa menjadi penyelenggara acara yang baik, yang tidak menyusahkan siapapun.
------
Berkala ITB edisi Mei 2007
Tak ada satupun penjual makanan. Kehadiran mereka digantikan oleh ratusan aparat kepolisian yang berjaga-jaga, membentuk pagar betis di mulut jalan menuju Salman. Juru parkir juga tidak tampak. Kalaupun ada, apa yang hendak dibantu parkir? Truk polisi dan tentara tentu tidak butuh juru parkir berseragam oranye. Hari itu, yang secara terus-menerus hilir-mudik bukanlah angkot melainkan prajurit TNI berseragam tempur, yang berlari berkelompok.
(Satu-satunya yang berjalan seperti biasa mungkin hanyalah burung kowak yang bertengger di pepohonan).
Penyebabnya satu: kuliah umum bertajuk “Penyelesaian Konflik Secara Damai di Indonesia” yang menghadirkan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai pembicara. Jusuf Kalla dinilai berhasil meredam tiga konflik di Indonesia (Ambon, Poso, dan Aceh) sehingga Program Studi Pembangunan Alur Pertahanan mengundangnya untuk berbagi cerita di Aula Barat pada hari itu.
Maka, sesuai prosedur pengamanan standar Presiden/Wakil Presiden, kawasan sekitar Aula Barat pun dibuat steril. Tidak sembarang orang boleh berada di situ. Hanya mereka yang mengantongi kartu undangan saja. Menurut rencana awal, kawasan ini akan ditutup mulai pukul 11.00 WIB. Pemberitahuan kepada warga kampus disebarkan lewat email dan selebaran di area parkir.
Tapi belakangan datang kabar bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Bandung Raya akan melakukan demonstrasi terhadap kedatangan Jusuf Kalla. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (pemandangan demonstrasi tentu bukan sesuatu yang elok dipandang), rencana penutupan pun diubah menjadi sejak pagi hingga sepulangnya Wapres.
Karena mendadak, perubahan rencana ini tak sempat dikomunikasikan dengan baik kepada warga kampus. “Hari Sabtu jarang yang buka email,” kata Bambang Setyadji dari Kantor Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Informasi.
Akibatnya jelas. Kehebohan tak terhindarkan.
Tabloid Boulevard ITB memberitakan, sebanyak 77 mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati terpaksa melaksanakan ujian di pelataran Masjid Salman. Kepada Pikiran Rakyat, dosen Biologi Umum Rina Ratnasih mengaku “mengambil soal pun dikawal”.
Cerita kegusaran tak berhenti sampai di situ. Sebut saja, mahasiswa Biologi yang semestinya memberi makan hewan percobaan mereka. Atau mahasiswa Kimia yang sedang melakukan praktikum. Kedua keperluan ini jelas batal terlaksana gara-gara ditutupnya kampus.
Acara “Trend Desktop 2007” yang sedianya diselenggarakan di Comlabs juga mesti berpindah tempat ke Gedung Annex di Tamansari.
Mahasiswa meradang. Terlebih lagi, mereka tak mendapatkan jawaban yang jelas atas segala kehebohan ini. Djadji Satira dari Kantor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan mengatakan, karena sudah menyangkut keamanan Wapres, kendali tidak di tangan mereka. Mashudi dari Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung juga mengaku pihaknya hanya bertugas mengisolasi area. Semua jawaban bernada sama: “sudah prosedur”.
Terhadap begitu banyaknya aparat keamanan yang dikerahkan, seorang mahasiswa bernama Anggun Oktari mengatakan di blognya. “Bapak teh mau ke kampus atau kandang teroris?”
***
Seisi Aula Barat bangkit dari duduknya ketika Jusuf Kalla dan rombongan – salah satunya mantan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin – memasuki ruangan. Sebelum acara dimulai, mereka mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setelah itu Rektor ITB Djoko Santoso menuju mimbar, memberikan sambutan.
Sayup-sayup, orasi BEM se-Bandung Raya terdengar sampai ke dalam.
Kalau Djoko seakan tak hirau (ia tetap lancar membacakan sambutannya tanpa terpengaruh), tidak demikian dengan Jusuf. Begitu sampai di mimbar, ia langsung memerintahkan Kapolda supaya “Itu mahasiswa suruh diam. Ajari mereka demokrasi – kalau kita bicara, mereka diam.” Hadirin tertawa mendengar perintah yang tidak terlaksana ini. Sampai ujung acara, suara orasi mahasiswa masih saja terdengar.
Jusuf mengawali kuliahnya dengan bercerita soal keterlibatannya dalam usaha-usaha penyelesaian konflik di Indonesia. Ia mengaku dirinya terlibat secara tidak sengaja. Sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat waktu itu, ia bertanggungjawab mengurusi sekitar 250 ribu pengungsi di Poso. Sesampainya di Poso, ia menemui kenyataan bahwa saat itu ada kesalahpahaman luar biasa di antara kedua kelompok yang bertikai.
“Yang Islam bilang, kalau kau bunuh Kristen kau akan masuk surga. Yang Kristen juga bilang, kalau kau bunuh Islam kau masuk surga. Jadi mereka jual murah surga”
Padahal menurutnya, akar konflik sebenarnya adalah masalah politik. Gara-gara kekalahan dalam pemilihan kepala daerah, yang dikait-kaitkan dengan persoalan agama. Mengetahui akar konflik akan sangat berguna dalam menyelesaikannya. Untuk memberantas kesalahpahaman itu, Jusuf menantang kedua pihak untuk menunjukkan ayat kitab suci, yang menyebutkan janji mendapat surga dari membunuh itu.
Apa saja kiat-kiat penyelesaian konflik? Antara lain, pentingnya menjaga kepercayaan kedua belah pihak yang bertikai. Ini berarti tidak boleh ada perbedaan perlakuan. “Kalau saya pergi ke masjid satu hari, maka saya juga harus pergi gereja satu hari. Mesti adil.”
Ia juga menekankan pentingnya menunjukkan keberanian. Pihak penengah tidak boleh terlihat takut. Kemudian, selalu usahakan bertemu dengan orang yang paling “keras”. Kalau panglima sudah ditundukkan, maka yang lain akan menurut. Inilah sebabnya Jusuf Kalla tidak memakai jasa pengawalan selama berada di daerah konflik. Ia juga pergi sholat subuh ke masjid tanpa dikawal, supaya orang mendapat pesannya: tak ada ketakutan.
Kuliah umum ini seperti acara “behind the scene” – menceritakan apa yang belum terungkap.
“Kita mesti memahami mereka. Baca buku tentang daerah mereka, sejarah mereka, dengarkan musik, ingat tanggal-tanggal,” kata Wakil Presiden, “tapi kalau lupa sebut saja sembarang tanggal. Mereka juga sama nggak ingat kok itu. Hahahaha.”
“Dalam setiap perundingan, saya selalu kasih selang waktu tiga hari saja. Supaya mereka tidak bisa berpikir lama-lama atau berubah pikiran.”
“Saya katakan kepada pihak yang berkonflik. Ada tiga pilihan: pertama, tambah jumlah peluru dan senjata supaya kalian bisa saling membunuh lagi. Supaya masuk surga semuanya. Mau? Tidak. Kedua, saya tambah jumlah tentara. Tidak mau juga? Ah yang ketiga, hentikan konflik ini. Akhirnya mereka memilih opsi yang ketiga ini.”
Acara kuliah umum Jusuf Kalla ini, sebagaimana yang diharapkan Djoko Santoso, berhasil memberikan pandangan lain tentang penyelesaian konflik – khususnya di Indonesia. Sebab, selama ini literatur soal penyelesaian konflik yang ada kurang membahas Indonesia.
***
Hingar-bingar yang terjadi seputar kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla meninggalkan pelajaran rumah bagi ITB untuk memperbaiki lagi perihal komunikasi publik. Secara resmi, memang tidak ada kegiatan akademis pada hari Sabtu – tapi bukan berarti tidak perlu ada pemberitahuan bahwa kampus akan ditutup bagi warga kampus selain undangan, bukan?
Tetap saja, perlu dicari tahu bagaimana caranya supaya ITB bisa menjadi penyelenggara acara yang baik, yang tidak menyusahkan siapapun.
------
Berkala ITB edisi Mei 2007
15 Komentar:
hmm..itb kalau punya acara memang ,seringnya, buat susah orang saja ^^ apalagi kalau acaranya di sabuga, bwt macet!hehe..
Tapi ngga Separah waktu Bush dateng kan :(
Oya.. sekalian salam kenal dari Aceh :)
Sari, Unpar juga bukan? Bikin Ciumbuleuit macet setiap hari?
Salam kenal juga dari Bandung, Bang Fatah!
Iya sih. Tapi yang lewat Ciumbuleuit biasanya anak Unpar juga, jadi wajar. Kalau yang lewat di depan sabuga kan masyarakat umum,hehehe.
Ini tulisan buat Berkala terbit bulan Mei? Atau Berkala terbit bulan Juni (akhir bulan pula)? Atau baru ditulis di blog lo sekarang aja? Atau Berkala masih terbit berkala-kala :P
Fokus berita (atau apapun nama bentuk tulisan ini), lebih mengarah ke substansi acara (isi acara yang dibawakan JK) atau ke penyelenggaraan acara yang dilakukan oleh ITB, Kram?
Jika berbeda sudut pandang, tidak lebih baik dibuat 2 tulisan?
Oh gitu ya Sar. Pembelaan diri yang bagus...
Zaki, guna menghindari pertanyaan2 semacam itulah, gua tulis "Berkala EDISI Mei 2007". Hahah.
Niatnya memang hybrid begitu Zak. Dipecah jadi dua tulisan bisa juga sih, seperti di SELASAR dulu. Tapi u/ Berkala, menurut gua justru dijadikan satu lebih menarik.
Hwrakadah, celaka 14. Berkala Edisi Mei, tapi dibaca bulan Juni :-P
Terus kalau dibaca di Berkala, kan gak ada hyperlink-nya Kram? Atau Berkala terbit dengan kertas tablet PC ya :-D
Iya Zak, nggak bisa kasih hyperlink.
Makanya sebisa mungkin tulisannya dirancang untuk pembaca konvensional alias pake kertas pohon.
Di blog ini gua tulis link-nya buat sekalian referensi.
kramm, bagi Berkala-nya duongs..
ntah knp kita2 di reporter web g pernah dpt Berkala.hiks..hiks..
Kram, gw bar nyadar sekarang!
ternyata, ada untungnya juga gw kuliah di Undip. di situ, kemungkinan dikunjungi SBY, (Betara) Kalla, apalagi iblis Bush amat sangat kecil.
SAFE!!! :D
Imoth, gua sendiri jg nggak pernah dapet tuh edisi kertas-nya. Maaf ya. Lo minta aja ke dosen?
Arif, mau bikin iri nih ceritanya? Hehe.
gucci outlet, nike air max, tory burch outlet, oakley sunglasses, prada handbags, ugg boots, louis vuitton, polo ralph lauren outlet, louis vuitton, kate spade outlet, prada outlet, cheap oakley sunglasses, louis vuitton outlet, louis vuitton outlet, oakley sunglasses, ray ban sunglasses, tiffany jewelry, replica watches, michael kors outlet, longchamp outlet, louboutin, burberry, burberry outlet online, michael kors, christian louboutin outlet, ray ban sunglasses, oakley sunglasses, replica watches, oakley sunglasses, tiffany and co, nike free, michael kors outlet, ugg boots, louboutin shoes, ugg boots, uggs on sale, longchamp outlet, nike outlet, louis vuitton, polo ralph lauren outlet, longchamp, michael kors outlet, michael kors outlet, louboutin outlet, nike air max, ugg boots, michael kors outlet
hermes, sac longchamp, new balance pas cher, kate spade handbags, north face, ray ban uk, nike blazer, burberry, nike roshe run, nike free, nike free run uk, oakley pas cher, true religion jeans, coach outlet, sac guess, air jordan pas cher, nike air max, true religion jeans, ralph lauren uk, air max, hollister pas cher, vans pas cher, ray ban pas cher, timberland, abercrombie and fitch, michael kors, tn pas cher, nike air max, converse pas cher, louboutin pas cher, michael kors, lacoste pas cher, mulberry, michael kors, air force, coach outlet, hollister, nike roshe, coach factory outlet, true religion jeans, nike air max, coach purses, lululemon, hogan, michael kors, north face, vanessa bruno, ralph lauren pas cher, true religion outlet, longchamp pas cher
herve leger, soccer jerseys, hollister, new balance, p90x workout, soccer shoes, reebok shoes, ferragamo shoes, valentino shoes, chi flat iron, beats by dre, converse, asics running shoes, jimmy choo shoes, ray ban, instyler, north face outlet, north face outlet, mac cosmetics, ralph lauren, ghd, abercrombie and fitch, nike trainers, longchamp, iphone 6 cases, timberland boots, louboutin, gucci, nike air max, bottega veneta, oakley, birkin bag, wedding dresses, converse outlet, celine handbags, lululemon, mont blanc, babyliss, insanity workout, mcm handbags, nike roshe, nfl jerseys, nike huarache, hollister, nike air max, vans, hollister, giuseppe zanotti, baseball bats, vans shoes
louis vuitton, toms shoes, moncler outlet, canada goose outlet, ugg,uggs,uggs canada, hollister, coach outlet, canada goose, moncler, doudoune canada goose, juicy couture outlet, michael kors handbags, sac louis vuitton pas cher, pandora charms, canada goose, swarovski, louis vuitton, louis vuitton, doke gabbana outlet, wedding dresses, pandora jewelry, ugg boots uk, moncler, juicy couture outlet, swarovski crystal, moncler, lancel, moncler, supra shoes, michael kors outlet, replica watches, louis vuitton, pandora jewelry, ugg,ugg australia,ugg italia, moncler, canada goose uk, thomas sabo, pandora charms, michael kors outlet online, ugg pas cher, marc jacobs, canada goose, moncler, montre pas cher, barbour, canada goose outlet, links of london, barbour jackets, karen millen, canada goose, moncler, bottes ugg