Fenomena 'helm terbang'

Saya kesal banget melihat fenomena “helm terbang”.

Apalagi di Jakarta ini, sering sekali deh ada “helm terbang”. Setiap hari mungkin ada puluhan bahkan ratusan helm yang beterbangan ke tengah jalan gara-gara tidak dipakai dengan benar oleh penggunanya.

Mereka dengan bodohnya tidak mengaitkan helm ke dagu (entah karena malas atau memang tidak ada tali pengaitnya) sehingga ketika mereka melaju kencang ... sang helm pun terhempas melayang dari kepala dengan sama kencangnya!

Mereka yang malas mungkin mengira bahwa helm itu bekerja mirip topi. Cukup ditempelkan saja ke batok kepala, beres.

Sementara, mereka yang helmnya tak ada pengait, mungkin punya jampi-jampi supaya helmnya tetap melekat di kepala. Atau terlalu miskin untuk membeli tali rafia guna dibikin pengait.

Tidak saja membahayakan, fenomena “helm terbang” ini jelas bikin naik darah para pengguna jalan yang lain. Pertama, helm itu bisa saja membentur pengendara motor yang berada di sekitar kejadian. Bukan hal yang mengenakkan dong, kalau kita lagi enak-enak berkendara eh tiba-tiba kena getok benda keras yang memang sih beratnya tak sampai satu kilo. Paling tidak kita akan kehilangan konsentrasi sesaat, kalau tidak gegar otak.

Belum lagi jika helm itu mendarat persis di depan kita sehingga kita tak sempat mengelak. Motor bisa terguling. Dan ini pastinya juga tidak enak.

Yang kedua, setelah helm terlepas dari kepala, sang pemilik hampir bisa dipastikan akan buru-buru melambatkan motornya (dengan mendadak) dan langsung berusaha menuju ke pinggir. Dan itu dia lakukan dengan asumsi tingkat tinggi bahwa jalanan pasti lagi sepi – padahal tidak! Memangnya pengendara yang lain mau dikemanakan?

Memang sih ada ungkapan “you never know what you got until it’s gone”, tapi tolong dong, masa’ iya sekonyong-konyong hal terpenting di dunia ini hanyalah si helm?

Ketiga, dan yang paling parah, setelah berhenti di pinggir jalan, si pemilik akan tergopoh-gopoh lari ke tengah jalan untuk memungut helm laknat tadi. Dasar bodoh, dia akan rela menyabung nyawa demi benda seharga sepuluh ribuan. Karena terlalu menghayati ungkapan “you never know” tadi, dia akan peduli setan dengan kendaraan lain yang harus melambat supaya tidak menabrak atau menyerempet pantatnya.

Yang penting jangan sampai helm dibiarkan terlalu lama sendirian terbaring di tengah jalan.

Aaargh. Saya tidak tahu apakah hal-hal seperti ini sudah ada aturannya dalam Undang-undang Lalu Lintas, tapi menurut saya pengendara motor yang bodoh, bodoh, bodoh seperti ini sangat patut diberi hukuman.

Tidak usah didenda mahal-mahal... Cukup dijitak saja kepalanya pakai pentungan sambil didoakan supaya cepat sembuh.

Hmm, bicara tentang kebodohan, beberapa kali saya juga ada lihat beberapa pengendara motor memakai sarung, kopiah haji, dan baju koko membawa-bawa bendera hijau namun tak pernah memakai helm. Well, mungkin mereka mengira bendera itu fungsinya seperti helm, sama-sama bisa melindungi kepala dari benturan. Kurang jelas juga.

Tapi sepanjang bendera itu mereka pegang erat-erat supaya tak terlepas jatuh ke jalan, saya sih jauh lebih senang melihat yang beginian ketimbang fenomena “helm terbang”.