Dewan Pers Bagi-bagi Amplop
Friday, November 09, 2007
Rabu (7/11) siang di Hotel Bumi Wiyata Depok ada diskusi yang diadakan Dewan Pers. Topiknya soal penegakan profesionalisme pers. Antara lain, bagaimana cara menghadapi wartawan bodrex yang suka meminta-minta amplop. Pesertanya dari pemerintahan, polisi, dan juga wartawan (wartawan bodrex-nya sendiri konon juga ada yang datang).
Sialnya, saya datang terlambat karena sedang liputan pelantikan panitia pemilu di Balai Kota. Begitu sampai di ruangan, foto-foto sedikit, bikin kopi segelas, eh acaranya selesai – peserta dipersilakan makan siang!
Untungnya ada Yudho (Tempo News Room) dan Arman (Indo Pos) yang lagi mewawancarai Sabam Leo Batubara, wakil ketua Dewan. Saya langsung ikut nimbrung mereka saja. Biarlah sedikit yang penting dapat ilmu.
Sabam mengatakan, kita harus memberantas perilaku memeras yang sering dilakukan wartawan bodrex antara lain supaya “wartawan yang kerjanya benar” jadi terlindungi.
“We have to promote the good guys,” katanya bersemangat.
Dia lalu berlanjut dengan menceritakan dinas-dinas pemerintahan mana saja yang biasanya jadi “sasaran” para wartawan korps bodrex. Misalnya Dinas Pendidikan serta Dinas Pekerjaan Umum. Mungkin karena dua dinas ini memang punya banyak salah atau bagaimana, mereka gampang sekali diperas :)
Kemudian dia juga menyinggung soal organisasi wartawan yang begitu banyak jumlahnya namun tak semuanya beres.
Saya manggut-manggut dengan tenang sebab tidak sedang liputan. Perkara wartawan bodrex memang sudah jadi masalah menahun di Indonesia. Mereka ini tak punya suratkabar (WTS = Wartawan Tanpa Suratkabar) dan kalaupun punya, biasanya dari jenis yang membuat kita bertanya-tanya “apa ada ya?”.
Akhirnya Yudho dan Arman selesai wawancara. Kami pun bergegas menuju ruang makan. Tapi sebelumnya mereka harus menyerahkan tanda peserta dulu di meja pendaftaran. Saya jalan terus di depan.
“Apa ini? Wah, nggak Mas. Nggak!”
Saya menoleh dan melihat keduanya sedang mengibas-ngibaskan tangan. Rupanya, mereka disodorkan amplop *yang isinya pasti uang bukan petasan.
Dewan Pers membagi-bagikan amplop?
Itulah yang jadi keheranan kami bertiga. Isi diskusi tentang pemberantasan pemerasan oleh wartawan, tapi kenapa di ujung acara wartawan malah diberi amplop? Bukankah jadi ironis?
Orang Dewan Pers beralasan, amplop dibagikan sebagai penghargaan kepada para undangan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diskusi ini. Supaya peserta dari kalangan pemerintah dan kepolisian, misalnya, jadi tidak terbebani. Dan wartawan pun, karena dianggap tidak sedang liputan, sah-sah saja terima amplop.
Tapi bukankah semua peserta sudah dapat gaji masing-masing tiap bulan? Jadi buat apa lagi diberi amplop?
Apalagi wartawan. Bodrex atau bukan, sedang liputan atau tidak, kami ini jangan dibiasakan terima amplop deh Pak!
------
Berita diskusi di Tempointeraktif yang ditulis Yudho.
Sialnya, saya datang terlambat karena sedang liputan pelantikan panitia pemilu di Balai Kota. Begitu sampai di ruangan, foto-foto sedikit, bikin kopi segelas, eh acaranya selesai – peserta dipersilakan makan siang!
Untungnya ada Yudho (Tempo News Room) dan Arman (Indo Pos) yang lagi mewawancarai Sabam Leo Batubara, wakil ketua Dewan. Saya langsung ikut nimbrung mereka saja. Biarlah sedikit yang penting dapat ilmu.
Sabam mengatakan, kita harus memberantas perilaku memeras yang sering dilakukan wartawan bodrex antara lain supaya “wartawan yang kerjanya benar” jadi terlindungi.
“We have to promote the good guys,” katanya bersemangat.
Dia lalu berlanjut dengan menceritakan dinas-dinas pemerintahan mana saja yang biasanya jadi “sasaran” para wartawan korps bodrex. Misalnya Dinas Pendidikan serta Dinas Pekerjaan Umum. Mungkin karena dua dinas ini memang punya banyak salah atau bagaimana, mereka gampang sekali diperas :)
Kemudian dia juga menyinggung soal organisasi wartawan yang begitu banyak jumlahnya namun tak semuanya beres.
Saya manggut-manggut dengan tenang sebab tidak sedang liputan. Perkara wartawan bodrex memang sudah jadi masalah menahun di Indonesia. Mereka ini tak punya suratkabar (WTS = Wartawan Tanpa Suratkabar) dan kalaupun punya, biasanya dari jenis yang membuat kita bertanya-tanya “apa ada ya?”.
Akhirnya Yudho dan Arman selesai wawancara. Kami pun bergegas menuju ruang makan. Tapi sebelumnya mereka harus menyerahkan tanda peserta dulu di meja pendaftaran. Saya jalan terus di depan.
“Apa ini? Wah, nggak Mas. Nggak!”
Saya menoleh dan melihat keduanya sedang mengibas-ngibaskan tangan. Rupanya, mereka disodorkan amplop *yang isinya pasti uang bukan petasan.
Dewan Pers membagi-bagikan amplop?
Itulah yang jadi keheranan kami bertiga. Isi diskusi tentang pemberantasan pemerasan oleh wartawan, tapi kenapa di ujung acara wartawan malah diberi amplop? Bukankah jadi ironis?
Orang Dewan Pers beralasan, amplop dibagikan sebagai penghargaan kepada para undangan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diskusi ini. Supaya peserta dari kalangan pemerintah dan kepolisian, misalnya, jadi tidak terbebani. Dan wartawan pun, karena dianggap tidak sedang liputan, sah-sah saja terima amplop.
Tapi bukankah semua peserta sudah dapat gaji masing-masing tiap bulan? Jadi buat apa lagi diberi amplop?
Apalagi wartawan. Bodrex atau bukan, sedang liputan atau tidak, kami ini jangan dibiasakan terima amplop deh Pak!
------
Berita diskusi di Tempointeraktif yang ditulis Yudho.
40 Komentar:
mas sendiri dapet amplop gak
duitnya dewan press itu dari mana ya?
tampaknya waktu pak atma ga kek gini deh.
kram foto lu yang naik perahu itu maksa pisan. Naik perahu menuju jepang ya? :))
Nggak dapat Mas. Karena datang terlambat saya nggak diberi tanda peserta.
Apalagi, memang bukan undangan.
Wung, ada deeeeeh hahaha.
kayak lebaran ya, ada amplopnya.
ariwibowo ga nyimak ya?
Ehh pisang gorengnya Bumi Wiyata Depok uenakk lho...udah nyoba belum?
(kok jadi ngomongi pisang goreng ya???)
siapa tahu isinya surat cinta
Kram, gua jadi inget tulisan lu tentang amplop serupa.. apakah memang hal seperti ini sudah menjadi tradisi di dunia pers?
oiya, pers bodrex itu apa sih?
iya, wartawan bodrex itu paan sih??
"Pesertanya dari pemerintahan, polisi, dan juga wartawan (wartawan bodrex-nya sendiri konon juga ada yang datang)."
-------
Iya, lah. Jadi tahu bagaimana mereka bakal ditanggulangi, hehe. Dan jadinya bisa cari celah lain.
Kembali serius, padahal dalam seminar itu bisa aja berbagi kiat praktis. Salah satunya: bagaimana mengenali wartawan bodrex. Dan langsung menggunakan kiat itu di seminar tersebut: nunjuk wartawan mana saja yang bodrex, hehe.
Ngasih amplop boleh-boleh saja asal uangnya dari sumber legal, didapat dengan cara legal, tujuan legal, dan jumlahnya wajar.
Lah nerima amplop itu yang jadi masalah, melanggar kode etik ga?
brantas kolusi dan sebagainya.
beuh? seriously, kram? kok gw jadi ngenes sendiri ya sebagai warga negara Indonesia yang baik dan belum berkewajiban membayar pajak? :D
iya kram sama kayak sigit, daku pengen nanya. wartawan bodrex itu apaan sih.
emang produsen obat sakit kepala itu bikin organisasi pers aliran sesat yah?
Suap atau gratifikasi masuk kategori korupsi loh. Coba cek di situsnya KPK.
Wartawan bodrek tuh wartawan yang suka minta-minta amplop gitu. Ya kan kram. Akhirnya orang yang dimintai amplop dan diperas jadi pusing dan minum bodrek.
Budaya(?) amplop ternyata juga populer sampai ke wilayah 'pelosok' sekalipun lho. Seorang pamong desa di Kulon Progo (salah satu kab di Yogya)tempat saya KKN kemarin, pernah bilang kalau mau ngadain acara ngundang warga desa di balai desa harus ngasih amplop biar banyak yg datang.
Awalnya, dimulai waktu ada sosialisasi oleh sebuah instansi pemerintah yg pakai ngasih2 amplop. Lama-lama malah jadi kebiasaan. Kalo gak ada pemberitahuan bakal ada amplop, warga yg datang cuma sedikit. Lebih banyak yg milih ke lahan untuk ngurusin tanaman...
KKN: Kuliah Kerja Nyata. Bukan Korupsi Kolusi Nepotisme ;)
ya ampyun...
acara yang aneh.
budaya bagi-bagi amplop?
hmm, bagus juga ya, biar kalo ada rapat di kampus bisa berjalan lancar, pake budaya bagi amplop
:p
kayaknya udah dua kali deh Ikram mo disogok... dan pasti akan terus ada kali-kali yang lain. semoga dikuatin iman, biar nggak tergoda.
dulu kalo ga salah seratus, sekarang berapa isinya? [gantian pengen tau]
ada peer dari Rime tuh, buat jelasin wartawan Bodrek.
ironis ah...
miris ya bacanya...
jadi kaya bermuka dua gitu tu Dewan Pers.
mbok ya'o...
ngomong memberantas amplop2an kok malah sendirinya justru membudidayakan.
dah nunggu lama gue postingan gini :(
selamat deh Kram,..
semoga terus selamat..
gue doain :)
wartawan terima amplop? malam minggu kemarin sempat ngobrol dengan teman saya menyinggul soal begini. kami bertiga dan salah satu dari kami telah bekerja di koran group Jawa Pos. kami diskusi panjang semalam suntuk.
dari obrolan sambil saling ngotot itu, belakangan saya dapat kesimpulan nya. jurnalis yang tidak terima amplop adalah pilihannya. itu prinsipnya sendiri. tak perlu ada orang yang memaksakan dia agar terima amplop.
sebaliknya, jurnalis yang terima amplop, ya itu juga prinsipnya sendiri. itu pilihannya. entah di luar sana ada yang men-cap dia sebagai 'wartawan amplop' itu sudah jadi resiko dia. bisa saja secara nurani, jurnalis itu sebenarnya tidak ingin 'melacurkan diri' dengan selalu terima amplop. karena kesejahteraan yang diberikan bagi perusahaan media tempatnya bekerja tidak cukup, maka wajar saja sebagian besar jurnalis menganggap halal terima amplop.
lantas, saya jadi punya pertanyaan. jika seluruh perusahaan media bisa mencukupi kesejahteraan bagi para jurnalisnya, apakah praktek terima amplop itu akan hilang dengan sendirinya? mungkin harus kembali kepada nurani masing-masing jurnalis itu sendiri ya?
ah.. akhirnya postinng yang bahasa indonesia..
lega..
*apaaa coba..
Mungkin panitianya nge-test pesertanya... kalo nerima amplop berarti gagal ! kalo nolak berarti diskusinya sukses :)
gak kebagian jatah amplop yah mas???? kaciaaannn
iya, akhirnya ada juga yg Bahasa Indonesia ^^
wah gila, pantesan media suka bikin pernyataan yang kontroversial dan pro terhadap satu golongan tertentu (yang kadang emang jelas2 salah besar).. amplop emang sakti yah..
btw, suka malu nih kalo mampir ke blog lo.. semuanya berbobot, gak ky blog gw, hehehe..
oya, selamat ya atas nominasinya, gak menang gpp, yg penting eksistensinya diakui :)
saya pernah jadi pembicara di seminarnya dewan pers. dan untuk diketahui saja, honor pembicara lebih 10 kali lipat dari yang diterima peserta hehehe...
>>> http://windede.com/2006/02/09/haruskah-wartawan-ditakuti-2/
aku barusan nyasar nih kram mau ke blog km. kurang s, jadi http://kramput.blogpot.com. Isinya mengerikan.
Wah lagi-lagi nggak sempat balas komentar satu-satu :)
seneng juga denger ada wartawan yang punya integritas..salut kram..
What???
Benar-benar ironis.
Saya kok jadi pusing ya bacanya. Apa maksud mereka bicara seperti itu dong...
Benar-benar kebingungan.
Bukannya memang ada anggaran untuk relasi media? Nah lho! Selamat datang di dunia nyata ;-)
Wartawan bodrex? Ada juga istilah itu di Jkt? Setauku, wartawan bodrex tuh orang yang suka 'nembak-nembak' ke pejabat.
Pinter-pinternya mereka juga sih memanfaatkan kebobrokan kelakuan para pejabat. Mereka biasanya suka konfrontir isu-isu aktual dinas yang satu dengan yang lain. Dasarnya pejabat yang di-'tembak' tadi emang bodrex juga, maka jadilah berita yang harusnya menjadi hak masyarakat tadi menguap begitu saja.
Hah!!
hem...pertikaian ttg amplop ini juga banyak dibicarakan para pelaku jurnalistik. ada sebagian yang pro ada juga yang kontra..tetapi kebanyakan yang pro berfikir bahwa ini merupakan ucapan terimakasi saja. kalau saya, jangan lah profesionalisme kita kan dituntut, kasih souvenir aja kayak pulpen ama gelas...hahahaha, kram, gua izin masukin ke milis kantor ya. secaranya banyak wartawan tempoe doeloe disini. heheh untuk diskusi saja
dapet amplop sih boleh asal jangan ada yang dirugikan dan seperti kata yusuf kalla win win solution. ya kayak gitu itu..
http://hidup-bijak.blogspot.com/
hermes, sac longchamp, new balance pas cher, kate spade handbags, north face, ray ban uk, nike blazer, burberry, nike roshe run, nike free, nike free run uk, oakley pas cher, true religion jeans, coach outlet, sac guess, air jordan pas cher, nike air max, true religion jeans, ralph lauren uk, air max, hollister pas cher, vans pas cher, ray ban pas cher, timberland, abercrombie and fitch, michael kors, tn pas cher, nike air max, converse pas cher, louboutin pas cher, michael kors, lacoste pas cher, mulberry, michael kors, air force, coach outlet, hollister, nike roshe, coach factory outlet, true religion jeans, nike air max, coach purses, lululemon, hogan, michael kors, north face, vanessa bruno, ralph lauren pas cher, true religion outlet, longchamp pas cher
herve leger, soccer jerseys, hollister, new balance, p90x workout, soccer shoes, reebok shoes, ferragamo shoes, valentino shoes, chi flat iron, beats by dre, converse, asics running shoes, jimmy choo shoes, ray ban, instyler, north face outlet, north face outlet, mac cosmetics, ralph lauren, ghd, abercrombie and fitch, nike trainers, longchamp, iphone 6 cases, timberland boots, louboutin, gucci, nike air max, bottega veneta, oakley, birkin bag, wedding dresses, converse outlet, celine handbags, lululemon, mont blanc, babyliss, insanity workout, mcm handbags, nike roshe, nfl jerseys, nike huarache, hollister, nike air max, vans, hollister, giuseppe zanotti, baseball bats, vans shoes
louis vuitton, toms shoes, moncler outlet, canada goose outlet, ugg,uggs,uggs canada, hollister, coach outlet, canada goose, moncler, doudoune canada goose, juicy couture outlet, michael kors handbags, sac louis vuitton pas cher, pandora charms, canada goose, swarovski, louis vuitton, louis vuitton, doke gabbana outlet, wedding dresses, pandora jewelry, ugg boots uk, moncler, juicy couture outlet, swarovski crystal, moncler, lancel, moncler, supra shoes, michael kors outlet, replica watches, louis vuitton, pandora jewelry, ugg,ugg australia,ugg italia, moncler, canada goose uk, thomas sabo, pandora charms, michael kors outlet online, ugg pas cher, marc jacobs, canada goose, moncler, montre pas cher, barbour, canada goose outlet, links of london, barbour jackets, karen millen, canada goose, moncler, bottes ugg
fitflops
adidas yeezy boost
true religion
nmd
adidas nmd
tory burch outlet
kobe 11
yeezy shoes
ferragamo belts
longchamp