Brownies
Thursday, November 24, 2005
Setibanya di airport Cengkareng siang itu, Amelia langsung meluncur ke apartemen tunangannya. Dia kangen sekali Joe. Apalagi hari itu hari ulangtahun Joe. Amelia memutuskan datang diam-diam. Dia hendak memberi kejutan. Tapi malah Amelia yang terkejut.
Didapatinya Joe berada dalam bak mandi bersama wanita lain, telanjang bulat. They were in the middle of something. Joe rupanya punya caranya sendiri merayakan ulangtahun...
Amelia pun terguncang. Didi, sahabat kental Amelia, tak tahan melihatnya berlama-lama galau. Dikenalkannya Amelia pada Are, pemilik sebuah toko buku yang juga seorang pembuat kue brownies yang handal. Cinta pun tumbuh antara Amelia dan Are -- tentu dengan bumbu-bumbu konflik yang menambah ramai cerita.
***
Saya membaca novel "Brownies" lebih dulu daripada menonton filmnya. Kebanyakan kan film diterjemahkan dari novel, tapi "Brownies" mengalami sebaliknya. Ia hadir dalam bentuk film lebih dulu, baru kemudian ditulis ulang oleh Fira Basuki menjadi novel. Untuk pekerjaan ini, Fira memang handal.
Saya merasa membaca novelnya lebih mengasyikkan ketimbang menonton filmnya.
Alasannya menyangkut pemilihan pemain buat beberapa karakter: Are, Joe, dan suaminya Didi. Melihat mereka dan penampilan mereka, imajinasi saya tentang cerita jadi rusak.
Are diceritakan sebagai seorang pembaca buku. Pintar, berwawasan luas. Saat bersama Amelia, dia berceloteh tentang falsafah perempuan Jawa ("dari luar saja terlihat pasrah, tapi dibalik itu semua...") dan laki-laki Jawa ("...yang paling bisanya main judi"). Are juga merepet panjang saat diajak ke mal ("kamu tahu nggak, orang miskin sengaja digusur buat memenuhi hasrat berbelanja orang kaya"). Are tak doyan Mc Donald ("maaf, aku nggak makan makanan kapitalis"). Dan terakhir, Are juga menyuruh Amelia membaca Das Kapital supaya tahu perbedaan antara kapital dan kapitalisme ("kamu baca dulu, baru abis itu kita ngobrol lagi").
Tapi ya ampun, karakter se-sempurna ini malah dipercayakan kepada Bucek Depp.
Joe diceritakan sebagai seorang eksekutif muda. Tampan, putih, bersih. Hasil didikan luar negeri. Bicaranya campur-campur antara Indonesia dan Inggris. Tapi dalam film, pemerannya malah seperti yang mengalami kesulitan berbicara. Jarak antara gigi atas dan gigi bawahnya terlalu dekat.
Suaminya Didi diceritakan sebagai teman SMA Are sewaktu di Jogja. Dia wartawan. Pembaca buku juga, malah dia yang mengilhami Are sehingga membuka toko buku. Sempat bersitegang dengan keluarga Are gara-gara terlalu ikut campur dalam pernikahan mereka.
Tapi ya ampun, karakter se-hebat ini malah diperankan oleh Arie Untung.
Scott McCloud dalam "Understanding Comics" menulis, salah satu hal yang memikat dari komik adalah adanya ruang berimajinasi bagi pembaca. Kalau imajinasi sudah dibatasi, kan jadi tidak asyik lagi. Lebih tidak asyik lagi kalau imajinasi jadi pupus. Bayangan tak sesuai kenyataan. Dan itulah yang saya rasakan saat menonton filmnya.
Oh ngomong-ngomong, Yasmin menulis soal serupa dengan bagus sekali disini.
Terakhir. Ada yang ingat nama suaminya Didi siapa?
Didapatinya Joe berada dalam bak mandi bersama wanita lain, telanjang bulat. They were in the middle of something. Joe rupanya punya caranya sendiri merayakan ulangtahun...
Amelia pun terguncang. Didi, sahabat kental Amelia, tak tahan melihatnya berlama-lama galau. Dikenalkannya Amelia pada Are, pemilik sebuah toko buku yang juga seorang pembuat kue brownies yang handal. Cinta pun tumbuh antara Amelia dan Are -- tentu dengan bumbu-bumbu konflik yang menambah ramai cerita.
***
Saya membaca novel "Brownies" lebih dulu daripada menonton filmnya. Kebanyakan kan film diterjemahkan dari novel, tapi "Brownies" mengalami sebaliknya. Ia hadir dalam bentuk film lebih dulu, baru kemudian ditulis ulang oleh Fira Basuki menjadi novel. Untuk pekerjaan ini, Fira memang handal.
Saya merasa membaca novelnya lebih mengasyikkan ketimbang menonton filmnya.
Alasannya menyangkut pemilihan pemain buat beberapa karakter: Are, Joe, dan suaminya Didi. Melihat mereka dan penampilan mereka, imajinasi saya tentang cerita jadi rusak.
Are diceritakan sebagai seorang pembaca buku. Pintar, berwawasan luas. Saat bersama Amelia, dia berceloteh tentang falsafah perempuan Jawa ("dari luar saja terlihat pasrah, tapi dibalik itu semua...") dan laki-laki Jawa ("...yang paling bisanya main judi"). Are juga merepet panjang saat diajak ke mal ("kamu tahu nggak, orang miskin sengaja digusur buat memenuhi hasrat berbelanja orang kaya"). Are tak doyan Mc Donald ("maaf, aku nggak makan makanan kapitalis"). Dan terakhir, Are juga menyuruh Amelia membaca Das Kapital supaya tahu perbedaan antara kapital dan kapitalisme ("kamu baca dulu, baru abis itu kita ngobrol lagi").
Tapi ya ampun, karakter se-sempurna ini malah dipercayakan kepada Bucek Depp.
Joe diceritakan sebagai seorang eksekutif muda. Tampan, putih, bersih. Hasil didikan luar negeri. Bicaranya campur-campur antara Indonesia dan Inggris. Tapi dalam film, pemerannya malah seperti yang mengalami kesulitan berbicara. Jarak antara gigi atas dan gigi bawahnya terlalu dekat.
Suaminya Didi diceritakan sebagai teman SMA Are sewaktu di Jogja. Dia wartawan. Pembaca buku juga, malah dia yang mengilhami Are sehingga membuka toko buku. Sempat bersitegang dengan keluarga Are gara-gara terlalu ikut campur dalam pernikahan mereka.
Tapi ya ampun, karakter se-hebat ini malah diperankan oleh Arie Untung.
Scott McCloud dalam "Understanding Comics" menulis, salah satu hal yang memikat dari komik adalah adanya ruang berimajinasi bagi pembaca. Kalau imajinasi sudah dibatasi, kan jadi tidak asyik lagi. Lebih tidak asyik lagi kalau imajinasi jadi pupus. Bayangan tak sesuai kenyataan. Dan itulah yang saya rasakan saat menonton filmnya.
Oh ngomong-ngomong, Yasmin menulis soal serupa dengan bagus sekali disini.
Terakhir. Ada yang ingat nama suaminya Didi siapa?
28 Komentar:
eh, yang diperankan Arie Untung tuh Joe apa suaminya DIdi?
gak ngerti....
Jelek ah.
Mendingan lo coba membandingkan novel dari luar yang dibikin versi filmnya, vica versa.
Misalnya kayak novel2nya John Grisham, Tom Clancy, dll
Oh iya, yang paling dekat sih novel Narnia yang bentar lagi dirilis versi filmnya (Narnia: The Lion, The Witch, And the wardrobe)
Eh, tapi kalo film luar yang dibikin versi novelnya apa ya?
Gak tau nih gue
Kalo menyangkut film indonesia, gue no comment deh.
*Kena AFIsm nih*
kram, lo kan masih umur 20 tahun.
masih bersikukuh mempertahankan apa yang tertulis di akte ya??
Arie Untung jadi suaminya Didi.
Wah Ndre, gua kan mana ngerti perkembangan dunia luar. Elo lah, yang nulis biar gua jadi tau.
hai
liat ini dari di demonz adikku
kebetulan saya juga baru kecewa setelah nonton harry potter 4
^o^
pantesan, nama lo disebut-sebut...
cie, baru lagi (nada sirik) :p
Astagfirullah.
Emang sih gw menyinggung-nyinggung soal warna Kram. Tapi gw nggak nyangka bakal begini.
Yah, salut untuk keberaniannya! Semangat! (semangat bikin lagi maksudnya) Hahaha..
-upi
Namanya Lilo.
hah, gue baru mau bilang namanya Lilo. udah keduluan kety.
gue belum baca novelnya. dan menurut gue filmnya cukup bagus kok.
mungkin ada untungnya juga yah ga membiarkan imajinasi gue berkembang duluan.
hm...g ada background yang lebih norak lagi kram?
hehehe
Ani! Terimakasih sudah mewakili apa yang ada di pikiran gw juga.. Hohohoo..
ah gak jugta lagi kram..filmnya lumayan juga sih....
cuma emang sih kadang FILM not good as the book..... kaya apa ya??? yah lo gak bisa daept semuanya kan...
NORAK banget sih Backgroundnya
Udah belajar photoshop susah-susah... Dibilang jelek. Nasib.
Eh halo April. Nggak tahu siapa yg mestinya memerankan, tapi intinya, Bucek Depp dan Arie Untung nggak deh.
Pola pikir Are? Nggak bagus-bagus amat ah.
Sedikit berkomentar ya!
Aku tidak setuju saat kau bilang Fira handal dalam me-novel-kan sebuah film. Dia seperti mengedit skenario saja. Mungkin akan sama tingkahnya saat Puthut menyulap sinetron Bunda menjadi sebuah novel. Atau novel lainnya yang berangkat dari sebuah media visual yang populer. Entah! Mungkin aku terlalu cepat menyimpulkan, karena diriku belum sempat (ada kemungkinan untuk tidak) melumat semua buku semacam itu. Hanya satu buku yang berhasil menarik perhatianku: Biola Tak Berdawai. Kagum pada Seno yang menjadikan film itu jauh lebih manis lewat kata-kata indah dan penggantian sudut pandang yang tak terbayangkan sebelumnya olehku. Sekar Ayu juga seh yang membuat skenario filmnya! Tapi akhir-akhir ini aku cukup kecewa pada Sekar, perihal kerjasamanya dengan Multivision-nya Punjabi membuat film Belahan Jiwa yang hanya menjual artis dengan cerita yang purba.
Sebenarnya ini cuma masalah suka atau tidak suka, jadi tidak perlu diperdebatkan. Hehehe
Oiya, aku mengenal blogmu dari kawan yang juga Boulevard. Sungguh bersyukur aku dapat membaca tulisanmu, menelusuri kata-kata dalam ciptamu serasa menghirup aroma keresahan yang sama. Terus menulis!
...Nggak tahu siapa yg mestinya memerankan, tapi intinya, Bucek Depp dan Arie Untung nggak deh...
Ikram ga solutif deh.
Atau komentator emang gitu Kram?
=D
eh yg di atas barusan gwa Kram.
x)
Iya kali ya. Nanti kalo saya kasih solusi, ganti nama jadi solusitator? Hehe.
Halo Sang! Wah, panjang sekali komentarnya.
Kenapa Fira dibilang handal? Sebab, saya merasa membaca novelnya lebih enak dibanding nonton filmnya.
Melihat kata Norwegia di catatan sampingmu mengingatkanku pada novel Norwegian Wood.
Novel yang sadis menurutku!
Pasti kau sudah membacanya.
Oiya, film Brownies terlebih dulu diproduksi kan, sebelum ceritanya dibukukan oleh Fira, jadi wajar kalau kau lebih menyukai novel dibanding filmnya.
Novel Brownies dibuat dengan menyelidiki berbagai hal, salah satu adalah filmnya. Fira tentu melihat (atau mungkin mencari malah) berbagai kelemahan pada filmnya, memahami ceritanya lebih dalam pada beberapa titik-titik adegan, atau semacamnyalah, yang dijadikan bahan penting bagi tulisannya. Menjadikan guratannya akan lebih baik dibandingkan visualisasinya.
Sama halnya jika orang bilang: anak kedua jauh lebih tampan atau cantik dibanding anak pertama, maklumlah anak sulung kala itu masih dalam uji coba.
"Sama halnya jika orang bilang: anak kedua jauh lebih tampan atau cantik dibanding anak pertama, maklumlah anak sulung kala itu masih dalam uji coba."
Hahaha. Sepakaaat.
"..anak kedua jauh lebih tampan atau cantik dibanding anak pertama, maklumlah anak sulung kala itu masih dalam uji coba.."
Siapa bilaaannngg??!!!!
Buktinya gwa. Anak sulung hasil uji coba yang sangat berhasil. Hohohohoho... =D
This comment has been removed by a blog administrator.
Aku yang bilang, Risa!
(maaf! terlalu lancang, seolah telah lama mengenalmu)
Dari studi lapangan yang telah dilakukan oleh berbagai peneliti psikologi dan ahli ketubuhan (apa coba!), anak bungsu jauh lebih baik dari segala sisi dibandingkan kakak-kakaknya, apalagi jika mencoba menyetarakannya dengan anak sulung. Ya begitulah, dunia telah lama berbicara, dan kita tak bisa membantahnya. Termasuk kau, Risa. Hehehe
Tapi tenang, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Dengan kata lain, anak sulung bisa lebih cantik atau tampan dibandingkan adik-adiknya, walau menurutku peluang untuk itu sangat kecil. Bisa saja peluang itu menyentuhmu, dan kemudian kau berani berkata bahwa dirimu sangat menarik dibandingkan saudaramu yang lain, yang umurnya lebih muda. Dan yakin bahwa kau adalah hasil dari uji coba yang berhasil. Bisa saja! Toh banyak pula yang bilang bahwa novel Harry Potter jauh lebih baik dibandingkan filmnya, produk yang terencana setelah novelnya ada (Dikarenakan dalam karya J.K Rowling itu memiliki ruang imaji yang sulit dibuka lalu ditunjukkan lewat layar visual)
Sulit sebenarnya, membicarakan sesuatu hal yang unsur relativitasnya sangat tinggi! Tapi tak masalah, sekadar wacana untuk dirundingkan lewat hina, cemooh, serumpat, narsisme, ketidaktoleransian, dan setelahnya tertawa melihat kemenangan diri.
Salam kenal!
Baik buruk cantik jelek ganteng biasa bagus cupu kan tergantung siapa yang menilai...
Ya kaaaan?
Dan untuk kasus Risa, gua setuju kok kalo Risa adalah "anak sulung hasil uji coba yang sangat berhasil".
:)
Ikram
tuhh kann benerr!!!!
wakakakakakkk...
*narsis mode:on*
xD
GW NULIS KAPITAL BIAR KETAUAN GW BR NGEPOST COMMENT
ARIE KEREN AH DIA BS BERPERAN JD COWOK KEREN GITUUU..... GW SI NONTON FILMNYA, TP GK REPOT NGEBANDINGIN MA BUKUNYA (NGAPAIN BACA BUKU KALO UDAH LIAT FILM)
filmnya bagus tau, apalagi pas adegan cafe mw launching, kamera panning gt, kecuali gw gk suka marcella
ya, dulu2an aja yg keluar, tp gw masih pro ari untung, lucu ah.... eh terus dia married beneran (terrrus..????)
hermes, sac longchamp, new balance pas cher, kate spade handbags, north face, ray ban uk, nike blazer, burberry, nike roshe run, nike free, nike free run uk, oakley pas cher, true religion jeans, coach outlet, sac guess, air jordan pas cher, nike air max, true religion jeans, ralph lauren uk, air max, hollister pas cher, vans pas cher, ray ban pas cher, timberland, abercrombie and fitch, michael kors, tn pas cher, nike air max, converse pas cher, louboutin pas cher, michael kors, lacoste pas cher, mulberry, michael kors, air force, coach outlet, hollister, nike roshe, coach factory outlet, true religion jeans, nike air max, coach purses, lululemon, hogan, michael kors, north face, vanessa bruno, ralph lauren pas cher, true religion outlet, longchamp pas cher
herve leger, soccer jerseys, hollister, new balance, p90x workout, soccer shoes, reebok shoes, ferragamo shoes, valentino shoes, chi flat iron, beats by dre, converse, asics running shoes, jimmy choo shoes, ray ban, instyler, north face outlet, north face outlet, mac cosmetics, ralph lauren, ghd, abercrombie and fitch, nike trainers, longchamp, iphone 6 cases, timberland boots, louboutin, gucci, nike air max, bottega veneta, oakley, birkin bag, wedding dresses, converse outlet, celine handbags, lululemon, mont blanc, babyliss, insanity workout, mcm handbags, nike roshe, nfl jerseys, nike huarache, hollister, nike air max, vans, hollister, giuseppe zanotti, baseball bats, vans shoes