Setengah penuh setengah kosong
Saturday, January 15, 2011
Dulu di SMA saya pernah mengikuti semacam kontes Abang-None untuk siswa kelas 1 :)
Dalam salah satu tahap lomba, siswa kelas 2 yang bertindak sebagai juri menyodorkan saya setengah gelas air seraya bertanya, "Menurut kamu gelas ini setengah penuh atau setengah kosong?"
Saya langsung paham ke mana arah pertanyaan ini. Sang juri sedang menentukan apakah saya seorang optimis atau pesimis. Untunglah saya dulu banyak baca literatur (baca: majalah GADIS) jadi faham harus menjawab apa.
Seorang optimis, menurut literatur, akan menjawab gelas itu setengah penuh. Sebaliknya, seorang pesimis akan menjawab gelas itu setengah kosong.
Tetapi karena ingin menang, saya harus meninggalkan kesan mendalam kepada dewan juri. Bukannya menjawab saya malah balik bertanya.
"Gelasnya sedang diisi atau dikosongkan, kak?"
"Maksud kamu? Apa bedanya memang?"
"Tergantung usahanya. Kalau gelas ini sedang diisi, saya bilang ini gelas sudah setengah penuh. Tapi kalau gelas ini sedang dikosongkan, ini setengah kosong."
Jurinya manggut-manggut. Saya pun tersenyum karena merasa berhasil menanamkan kesan saya tak hanya optimis tapi juga kritis, tak sekadar mengutip literatur.
Akhirnya singkat cerita, gelar Abang Smunsa Depok tahun 1999 sudah jelas dong jatuh ke tangan siapa hahahay :P
Dalam salah satu tahap lomba, siswa kelas 2 yang bertindak sebagai juri menyodorkan saya setengah gelas air seraya bertanya, "Menurut kamu gelas ini setengah penuh atau setengah kosong?"
Saya langsung paham ke mana arah pertanyaan ini. Sang juri sedang menentukan apakah saya seorang optimis atau pesimis. Untunglah saya dulu banyak baca literatur (baca: majalah GADIS) jadi faham harus menjawab apa.
Seorang optimis, menurut literatur, akan menjawab gelas itu setengah penuh. Sebaliknya, seorang pesimis akan menjawab gelas itu setengah kosong.
Tetapi karena ingin menang, saya harus meninggalkan kesan mendalam kepada dewan juri. Bukannya menjawab saya malah balik bertanya.
"Gelasnya sedang diisi atau dikosongkan, kak?"
"Maksud kamu? Apa bedanya memang?"
"Tergantung usahanya. Kalau gelas ini sedang diisi, saya bilang ini gelas sudah setengah penuh. Tapi kalau gelas ini sedang dikosongkan, ini setengah kosong."
Jurinya manggut-manggut. Saya pun tersenyum karena merasa berhasil menanamkan kesan saya tak hanya optimis tapi juga kritis, tak sekadar mengutip literatur.
Akhirnya singkat cerita, gelar Abang Smunsa Depok tahun 1999 sudah jelas dong jatuh ke tangan siapa hahahay :P