Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

PT Bakrie Pangripta Loka

Monday, May 10, 2010

Pagi tadi saya mendapat pesan pendek dari seorang teman yang mengabarkan pergantian nomor telefon selulernya. Di bawah namanya, dia menulis: “PT Bakrie Pangripta Loka”.

Karena masih pagi, saya nggak begitu mudeng.

Saya tahu dia bekerja di grup perusahaan Bakrie.

Dan saya tahu dia dulu kuliah di Planologi ITB, yang nama himpunan mahasiswanya “Himpunan Mahasiswa Planologi Pangripta Loka”.

Jadi saya pikir dia sengaja menggabungkan dua nama itu untuk menjelaskan identitas dia.

Sungguh anak himpuan sejati, pikir saya. Sudah lulus pun masih bawa-bawa nama himpunan.

Rupanya bukan. Memang nama perusahaannya seperti itu.

Lewat Twitter dia menjelaskan, perusahaan itu cuma punya waktu satu hari untuk menentukan namanya sendiri. Karena si direktur dulunya berkuliah di Planologi ITB (dan asumsi saya: anak himpunan juga) jadilah perusahaan itu diberi nama PT Bakrie Pangripta Loka.

“As simple as that,” katanya.

Hahaha.

Hebatlah himpunan mahasiswa Planologi sekarang punya perusahaan sendiri.

Tidak kalah dengan Himpunan Mahasiswa Arsitektur “Gunadarma” yang sudah lama punya universitas :)

What's harder than staying awake during a meeting?

Saturday, May 08, 2010

I used to find it very hard to stay awake during a meeting.

I don't know what's wrong about it; all I know is just the moment it starts, the sleepiness comes to me and force me to close my eyes … close my eyes …

Zzzzzzzz.

However, one little incident changed my mind.

It took place in one of the ASEAN-related bodies in Jakarta some time ago. We were at a meeting, and a journalist was trying to raise a question to the speaker.

+ Excuse me, I would like to ask a question.

– Yes please. Where are you from?

+ I come from Viet Nam.

– Oh, are you with THE SAIGON TIME?

+ No. This is my FIRST TIME here in Jakarta.

***

Yes, my friend. Staying awake during a meeting is very very hard. But trying not to laugh when you hear something funny during one is EVEN HARDER.

Mengelola kekecewaan #1

Sunday, May 02, 2010

Lamunan pagi buta.

Sapardi Djoko Damono pada suatu masa ditinggal kawin oleh seorang mahasiswi yang dia taksir*. Kepedihannya itu lantas dia tuangkan dalam puisi “Hujan Bulan Juni”.
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni/
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu/

tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni/
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu/

tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni/
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu/
Sungguh kemampuan mengelola kekecewaan yang luar biasa.

*menurut sumber yang tidak bisa saya ungkapkan di sini.

Penyembur api



Ketika minyak tanah makin susah didapat, seiring kebijakan pengalihan penggunaan minyak tanah ke gas Elpiji, apa yang akan terjadi kepada orang-orang ini ya?

Ikut-ikut pakai Elpiji, tidak mungkin. Efek pertunjukannya tidak akan sama (selain tentunya membahayakan diri sendiri).

Kalau pakai bensin juga sulit — ini kan bukan semacam atraksi bakar diri.

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by