Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

Poin belanja Centro Friends

Monday, March 15, 2010

Dalam rangka menjadi pembawa acara pernikahan seorang teman lama pada awal Maret lalu, saya membuat dua persiapan. Yang pertama, pergi ke pusat kebugaran untuk menambah massa otot dan memperbesar tubuh. Hasilnya? Gagal total kagak ada cerita. Gatotkaca.

Yang kedua, pergi membeli jas dan celana, sesuai arahan si pengantin yang secara khusus meminta saya mengenakan setelan jas dalam bertugas (biar makin mirip Choky Sitohang hehehe).

Maka satu hari sebelum acara berlangsung, saya pun pergi ke Centro Margo City Depok. Mengapa begitu mepet? Karena bukan Ikram dong namanya kalau tidak menunda-nunda pekerjaan :|

Baiklah... Mari kita masuk ke inti persoalan. Jadi setelah jas dan celana didapat, saya kan mengantri di depan kasir menunggu giliran membayar. Di belakang saya persis ada seorang ibu yang berdiri terlalu ke samping (waktu itu saya belum tahu kenapa).

Setelah kasir memberitahu saya total harga belanjaan, saya menyerahkan uang. Kasir menerima uang sambil secara otomatis bertanya, “Ada kartu Centro Friends-nya Mas?”

(Centro Friends itu klub belanja Centro, di mana anggotanya mendapatkan ganjaran satu poin tiap berbelanja dengan kelipatan harga tertentu. Karena saya tak pernah tertarik dengan iming-iming klub belanja, saya tidak punya kartu anggota)

Tapi tepat pada saat yang bersamaan saya menggeleng dan berkata tidak, tiba-tiba sebuah tangan terjulur dari samping saya ke arah kasir, menyodorkan kartu Centro Friends.

Saya sumpah kaget dan refleks menoleh ke samping. Rupanya ibu yang mengantri di belakang saya sekarang sudah berada persis di samping, seperti memberi kesan seolah-olah kami belanja bersama. Ketika saya tatap mukanya, dia nyengir dan bilang, “Pakai kartu saya saja”.

Eh buset. Kenal kagak sodara bukan.

Saya segera berpaling ke arah kasir yang terlihat sedang akan memproses kartu itu. “Itu bukan kartu saya Mbak.”

Tapi ibu tadi masih gigih. “Masukin aja poinnya ke kartu itu Mbak,” katanya seperti memerintah kasir.

Saya naik darah dan tidak mau kalah gigih dong. Dengan intonasi yang diusahakan sedingin dan sesantai mungkin, saya tegaskan lagi hikayat kartu laknat yang ada di tangannya itu.

“Mbak tadi tanya saya kan, saya punya kartu member apa nggak? Saya jawab sekali lagi ya: Nggak. Yang Mbak pegang itu bukan kartu saya. Sekarang terserah aja.”

Si kasir nampak bingung sekejap sebelum kemudian mengembalikan kartu itu kepada empunya. Menggemaskan.

Kita bisa faham sih, mungkin kasir itu belum pernah menerima pelatihan menangani situasi seperti tadi, di mana seorang anggota Centro Friends berusaha menambah poinnya dengan terlalu bersemangat. Tapi kalau saja dia sedari awal mendengarkan saya secara cermat: saya tidak punya kartu member, ketegangan ini nggak perlu terjadi.

Sebagai pidato kekalahan, si ibu berucap pelan “Ya udah kalau nggak mau mah” dan menyingkir.

Baru tahu dia — kalau Choky Sitohang yang asli digilai ibu-ibu, Choky Sitohang yang KW1 ini nggak takut berantem sama ibu-ibu.

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by