Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

Royaltas dan loyaltas

Thursday, March 19, 2009

Royalti dan loyalitas adalah contoh betapa kita suka sembarangan dalam memperlakukan kata asing. Seenaknya kita saja.

Meski ada segala macam panduan yang dibikin dalam menyerap kata-kata asing, kita secara royal tidaklah loyal terhadap panduan itu.

Kita hanya capek-capek menghafalkan panduan siapa tahu ditanya pas ulangan :P

Royalti dan loyalitas, waktu mereka masih di Inggris, punya nama asli royalty dan loyalty. Setelah sampai di Indonesia, seharusnya mereka diperlakukan seperti kata-kata yang berakhiran –ty yang lain. Yakni, –ty diganti jadi –tas.

Contohnya: university–universitas, integrity–integritas, faculty–fakultas, dan puberty–pubertas.

Tetapi royalty malah diserap jadi royalti. Dia bernasib sama seperti celebrity–selebriti dan penalty–penalti. Aiah, macam di Malaysia saja pun :)

Sedangkan loyalty sudah hampiiiir benar diserap jadi loyalitas tapi entah mengapa ada tambahan huruf ‘i’ yang nyempil di situ. Mungkin karena kita terpengaruh legal–legality–legalitas? Harusnya jangan.

Loyal–loyalty–loyaltas. Lagipula tadi royalty juga nggak pake sempilan kan.

Jadi teman-teman, mulai sekarang jangan mau ya kalau disuruh bayar royalti. Bayar royaltas, iya.

Dan nggak perlu lagi deh kita menunjukkan loyalitas terhadap pacar. Loyaltas, iya. Hahaha.

Endin Bayuni?

Sunday, March 15, 2009

Hari ini saya baca artikel Kompas Minggu tentang pemanfaatan situs jaringan sosial Facebook yang dinilai lebih tepat sasaran.

Salah seorang narasumber dalam artikel itu, Fadjroel Rachman, yang saat ini pengen jadi presiden, bercerita bahwa pemakaian Facebook mendukung kampanyenya karena jaringan pertemanannya “meliputi orang-orang strategis di berbagai bidang”.

“Ada Rosiana Silalahi, Bambang Harymurti, Endin Bayuni, Gadis Arivia, Rocky Gerung, sampai Mira Lesmana dan Riri Riza. Lalu ada jaringan ikatan alumni ITB dan UI,” ujar dia.

Saya jadi nyengir sendiri. Endin Bayuni? Endy Bayuni kali Mas ... Hehehehe.

Berhenti jadi Batman

Monday, March 02, 2009

Akhirnya bulan Februari ini berakhir juga — bulan terakhir saya bekerja sebagai tukang baca-periksa di sebuah harian berbahasa Inggris di Jakarta. Hmmm, satu tahun terasa cepat berlalu ya.

Mereka sebenarnya menawarkan perpanjangan kontrak baru selama tiga bulan, sampai Mei. Tetapi seperti yang pernah saya bilang, UU Tenaga Kerja mengatur kontrak hanya boleh diperpanjang satu kali saja.

Meski memang keputusan akhirnya terletak pada kedua belah pihak dan negara toh tak bisa berbuat apa-apa, saya rasa sebaiknya saya mengikuti aturan main ketenagakerjaan di negara ini saja lah.

Lagipula nilai kontraknya tidak naik sih hehehe :) *uang itu penting jenderal...

Sekarang saya harus pelan-pelan menyusun rencana ke depan (dan tentu saja berusaha menjalankan rencana itu). Saya ingin kembali ke lapangan, melakukan reportase dan menulis sesuatu yang agak serius setidaknya dua bulan sekali.

Sekedar menjaga kemampuan menulis supaya tidak hilang ditelan Facebook.

Rencana jangka pendek, pada bulan April dan Mei nanti saya akan bantu-bantu mengerjakan dua acara. Pelatihan wartawan se-ASEAN di Jakarta dan pelatihan jurnalisme damai di Jogjakarta. Masing-masing pelatihan akan berlangsung dua kali, jadi buat menyibukkan diri sepertinya cukuplah.

Pertengahan April ini juga ada acara wisuda Batari.

Saya agak menyesal tidak sempat berpamitan kepada semua orang yang saya kenal di kantor. Saya cuma pamit ke orang-orang yang masih berada di kantor pada dua hari terakhir saja.

Padahal masih banyak lagi orang lain yang sudah saya bikin repot. Dari meminta rokok ("membantu menghabiskan"), menumpang pulang, menginap di kantor, sampai mencuri ilmu.

Mencuri ilmu inilah yang paling berkesan selama bekerja di sini. Mereka sadar nggak ya kalau setiap kali mengobrol sambil merokok di balkon, saya sebenarnya diam-diam mencuri ilmu mereka? Dari cara menulis yang baik sampai cerita-cerita di balik berita.

Soalnya rugi besar dong kalau bekerja di sebuah media namun ilmu kita tak bertambah, hehehe.

Sepertinya lucu juga ya kalau saya menulis panduan-tak-sempurna-menjadi-proofreader? Kira-kira akan bermanfaat nggak ya?

Semoga sih iya.

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by