Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

Petugas loket XXI baik sekali

Tuesday, February 24, 2009

Hari Senin kemarin Batari dan saya pergi “nonton bioskop” di PIM2.

(Aneh ya kalau dipikir-pikir, bioskop kok ditonton. Ya sudah deh jangan dipikir).

Awalnya kami memutuskan menonton Valkyrie. Namun beberapa menit setelah membeli tiket, kami saya berubah pikiran, jadi pengen Defiance.

Sebagai bentuk tanggungjawab saya pun mendekati petugas loket dan mencoba menukar tiket. Dengan nada santai, saya bertanya “Mbak, tiketnya nggak bisa ditukar ya?”

“Nggak bisa Mas…”

“Pengen ganti ke Defiance boleh?” Batari membantu dari belakang. Setia kawan betul dia.

Sebenarnya saya tidak terlalu yakin usaha kami akan membuahkan hasil, tetapi ternyata petugas loketnya baik loh!

“Taro aja loketnya di sini biar saya jual lagi. Nanti kalau ada yang beli, baru tiket Defiance-nya saya keluarkan. Silakan tunggu di sana,” kata si petugas menunjuk bangku di sebelah tiket.

Kami menurut. Setelah menunggu kira-kira 15 menit (yang dihabiskan dengan menggosipkan orang supaya nggak terasa) kami pun dipanggil dan diberi tiket. Hohoho, senang sekali lah rasanya.

Persimpangan (2)

Sunday, February 22, 2009

Jangankan menentukan apa langkah selanjutnya selepas keluar dari kantor ini.

Mau membayar domain komentatorlepas.net saja saya pakai bingung hehehe. Sekarang domainnya sudah kadaluwarsa, deh.

Punya dua blog itu susah... Dan repot. Dan susah... Dan repot.

Jadi ingat kata-kata seseorang, dulu sekali. "Kalo mau yang nggak susah dan repot, sana pergi tidur pakai selimut." Haaaaaaaah.

Persimpangan

Thursday, February 19, 2009

Orang bilang hidup ini penuh persimpangan. Akan ada saat-saat di mana kita harus memilih arah yang mana yang hendak dituju, jalan mana harus ditempuh, dan jembatan mana harus dititi.

Bulan ini bulan terakhir saya bekerja sebagai proofreader alias tukang baca-periksa di The Jakarta Post. Kontrak yang semula tiga bulan sudah diperpanjang menjadi satu tahun dan sesuai aturan menteri tenaga kerja, tak boleh ada perpanjangan lagi.

Satu lagi persimpangan dalam hidup saya semakin mendekat. Itu berarti, langkah harus segera ditentukan.

Syafi'i Anwar membingungkan

Monday, February 02, 2009

Direktur Eksekutif International Center for Islam and Pluralism Syafi'i Anwar kepada Adianto P. Simamora dari The Jakarta Post mengatakan, dirinya akan menyambut baik jika Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang korupsi.
I will welcome edicts against corruption or environmental problems, which are much better and relevant than edicts against abstaining from voting, smoking and practicing yoga.
Saya jadi bingung. Setahu saya, fatwa hanya perlu dikeluarkan untuk persoalan yang masih remang-remang. Yang belum diatur jelas di Al-Quran atau Hadits. Makanya para ulama itu pada ambil cuti untuk pergi berkumpul dan berunding.

Tapi ... Bukankah sudah jelas korupsi sama-dan-sebangun dengan mencuri? Dan kalau hukum bagi pencuri sudah jelas, buat apa lagi MUI atau siapapun diminta repot-repot mengeluarkan fatwa bagi koruptor?

Yang juga bikin bingung, Pak Syafi'i Anwar juga bilang "MUI tak perlu masuk ke arena politik". Lantas mengapa dong dia, dalam wawancara yang sama, berharap MUI masuk ke arena kriminalitas? Atau lingkungan hidup?

Dan sebagai direktur eksekutif sebuah lembaga yang namanya mengandung "pluralisme", rasanya tidak pantas deh Syafi'i Anwar mengatakan hasil perundingan para ulama kemarin (tentang yoga, abstain memilih, dan merokok) sebagai kurang relevan.

Setuju atau tidak dengan hasilnya, mbok ya menghargai sedikit dong hasil usaha orang. Inti pluralisme itu saling menghargai, bukan?

------
Wawancara dengan Syafi'i Anwar di The Jakarta Post 2 Februari 2009
.

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by