Commitment is about doing whatever it takes.—Anonymous

Langkah Agung Laksonoh

Wednesday, August 29, 2007

Kemarin saya membaca berita Bisnis Indonesia yang lucu ini. Saya kutipkan,
Menurut Agung, meskipun program ini membawa sejumlah keuntungan bagi masyarakat, di antaranya lebih murah dan efisien, namun karena sosialisasi yang kurang dari pemerintah maka program tersebut menjadi tidak maksimal.

Elpiji langkah, minyak juga langkah, masyarakat pun jadi ragu-ragu,” lanjutnya.
Hahaha. Agung Laksono sepertinya habis membaca buku “Jomblo” dan “Gege Mencari Cinta” kemudian ingin meniru-niru Agus/Gege... Makanya “langka” menjadi “langkah”.

Iyah kan Pak? Sayah jugah kadang-kadang begituh. Buat lucu-lucuan sajah.

Tapi kemudian saya berpikir jangan-jangan ini kesalahan ketik wartawan. Atau salah kutip. Atau salah dengar? Ah rasanya tak mungkin. Soal tenggat dan lain-lain juga tidak.

Wah wah wah, betapa berbahayanya seorang wartawan – dia bisa membuat seorang Ketua DPR ditertawakan seorang penulis blog. Kalau saya jadi wartawan saya nggak mau sembrono seperti itu ah.

Forex

Tuesday, August 28, 2007



I do always skip the economy section on newspapers but I’m pretty much sure that “forex” stands for “foreign exchange”. And according to this site, yes it does.

So I think “forex exchange ... ” is pretty much redundant – how about you?

------
PS. For those who probably get bored with this over-criticising-blog: I’m sorry but criticising is all I know. Especially on days like these hahaha.

Manaj

Monday, August 27, 2007

Perlu penyelidikan lebih jauh untuk mengetahui apa maksud Jurnal Nasional dengan menulis “manage” menjadi “manaj”. Untuk menambah kosakata bahasa Indonesia dengan kata serapan?

Atau jangan-jangan cuma kesulitan mencari padanan katanya dalam bahasa Indonesia?

Mari kita lihat alinea ke-4 berita ini.
Menurut Soffian Hadi, pihaknya saat ini lebih fokus pada upaya me-manaj aliran lumpur, sedangkan upaya "membunuh" (menutup) lumpur masih menunggu hasil riset USGS tentang kondisi yang sebenarnya ada di dalam perut bumi yang meluap berbentuk lumpur itu.
Lalu masih dari berita yang sama, alinea ke-5.
"Kami menunggu investigasi soal kondisi di bawah permukaan lumpur, apakah ada patahan atau tidak. Kalau underground blow out tentu dapat diatasi dengan relief well, tapi kalau mud vulcano tentu akan efektif bila aliran lumpur di-manaj agar tak meluas," katanya.
Dan di paragraf terakhir,
"Yang jelas, kami saat ini sudah me-manaj aliran lumpur agar dampaknya tidak meluas, sehingga tidak semakin banyak masyarakat Sidoarjo yang mengalami musibah yang sudah berlangsung sejak 29 Mei 2006 itu," katanya.
Kalau memang Jurnas ingin menambah kosakata bahasa Indonesia, saya kira ini cara yang jelek. Sama jeleknya seperti “Indomart” yang dipaksa jadi “Indomaret” (sementara Alfamart bebas-bebas saja tuh).

Memangnya kalau “mart” jadi “maret” lantas simsalabim! — otomatis jadi bahasa Indonesia? Kan tidak juga.

Kemudian, “manaj” juga berpotensi menimbulkan kebingungan dalam pengucapan: manaj atau manay? Maklumlah orang Indonesia, mereka suka bingung membedakan antara “j” dan “y”. Bajaj dibaca bajay dan yogya dibaca jogja. Kacau.

Tapi di atas itu semua, bahasa Indonesia kan sudah punya padanan kata untuk “manage”. Jadi buat apa lagi menyerap sesuatu yang sudah ada padanannya?

Kalau memang Jurnas kesulitan mencari tahu apa padanan kata itu, saya kira mereka bisa mencarinya di kamus. Atau meniru apa yang dilakukan situs Kapanlagi.com yang memuat berita yang sama – mengganti semua “manage” dengan “atur”.

Habis perkara.

Cara Download Template Blogger dari "Blog and Web"

Saturday, August 25, 2007

Bahasa Spanyol bukan penghalang bagi kita mendownload template di situs ini. Pencarian serta penantian kita akan layout Blogger yang cantik dan manis kan telah berlangsung sekian lama... Akankah kita menyerah hanya gara-gara perbedaan bahasa?

Jangan kawan. Apa kata dunia? (Lagipula kan ada kamus).

Jadi inilah yang akan kita lakukan.
  1. Segera setelah sampai situs itu, silakan melihat-lihat barang sejenak: template mana yang paling cocok untuk blog kita? Di ujung halaman nanti ada tombol angka-angka untuk pindah ke halaman selanjutnya atau sebelumnya. Cari tenang-tenang sampai ketemu.
  2. Setelah ketemu yang cocok, klik “Ver plantilla en funcionamiento” untuk melihat contoh blog yang menggunakan template itu. Biar lebih jelas.
  3. Nah, rata-rata ada tiga pilihan format file yang bisa didownload (.txt, .xml, dan .zip). Ketiganya sama saja sebenarnya. Saran saya kawan, pilih yang formato XML saja. Klik dan simpanlah (save as) ke Desktop.
  4. Setelah itu, di Dashboard Blogger, kita klik “Layout” dan “Edit HTML”.
  5. Nggak ada “Layout”? Adanya “Template”? Nggak apa-apa. Klik saja “Template” lalu “Customize Design”. Kemudian, klik “Upgrade Template”. Pilih sebarang template, lalu “Save Template” dan kalau sudah, klik “Edit HTML”.
  6. Sekarang langkah terakhir: di bagian “Backup/Restore Template” kan ada boks tempat mengupload file XML. Klik “Browse”. Pilih lokasi tempat kita download tadi (Desktop) terus OK. Kemudian, klik “Upload”.
  7. Jika ada pertanyaan aneh-aneh (semoga sih nggak ada), klik “Confirm and Save”.
  8. Selesai!
Blog kita pun sekarang sudah berganti layout dengan indahnya. Mudah bukan? Dan seperti yang saya bilang tadi kawan, bahasa Spanyol bukan penghalang.

Indonesia Tanah Airku

Friday, August 24, 2007

Spanduk iklan ini cocok sekali ditampilkan dalam suasana 17 Agustus seperti sekarang ini. Tapi sayang, ada kalimat yang hilang. Ayo tebak, apa kira-kira? :P



Yak benaar... Kalimat yang hilang itu adalah: “dan English bahasaku”.

Tambahan dari Rima: kata “green” juga hilang. Terimakasih ya Rim. Dasar iklan kacau-balau.

------
Foto oleh Bat.

Detik.com Tak Teguh Pendirian

Monday, August 20, 2007

Kalau memang kalian menulis bahwa “kompor gas untuk program konversi minyak tanah ke gas lazimnya berwarna silver”, mestinya tulis juga dong kalau Jusuf Kalla memesan kompor berwarna yellow. Jangan kuning.

Kemudian, laranglah semua wartawan Detik.com memakai putih, biru, merah, hijau, abu-abu. Suruh mereka menggantinya dengan white, blue, red, green, gray.

Biar teguh pendirian, gitu :P

Ganti Layout

Sunday, August 19, 2007

Bosan dengan layout yang sekarang?
Ingin ganti tapi tak banyak pilihan yang bagus?
Berniat utak-atik tapi tak mengerti blogger baru yang pake xml?

Mungkin ini cocok buat kamu:
http://blogandweb.com/category/plantillas-blogger/

Gracias, “Blog and Web”! Muchas gracias!

Kepada Ibu Ivonne

Wednesday, August 15, 2007

Bandung, 8 Agustus 2007

Kepada
Ibu Ivonne M. Radjawane
Ketua Program Studi Oseanografi
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung

Dengan hormat,

Izinkan saya menulis untuk menyampaikan perihal insiden yang saya alami di Semester Pendek 2007/2008. Pada SP tahun ini saya mengambil matakuliah Mekanika (FI 2101) dengan dosen Pak Bobby Eka Gunara.

Waktu itu hari Kamis, 28 Juni 2007. Saya menemui kesulitan ketika mengerjakan soal di papan tulis. Soal integral. Pada mulanya Pak Bobby memberi petunjuk bagaimana menyelesaikan soal itu. Namun karena saya tidak kunjung bisa, nada suaranya kemudian meninggi dan lebih lanjut mengatakan: “Kalau kamu nggak bisa juga saya kasih E nanti. Pilihannya gitu aja. Bisa atau DO sekalian”.

Saya langsung panik dan tidak bisa berpikir. Mematung di depan kelas. Akhirnya setelah 5-10 menit kelas pun bubar, dan saya tidak diperkenankan mengikuti kelas lagi sebab “sudah direkomendasikan tidak lulus Mekanika”.

Saya memutuskan mendatangi ruangan Pak Bobby untuk meminta kesempatan mengikuti kelas. Di depan ruangannya kami berbicara sebentar. Pak Bobby bilang, semestinya saya bisa mengerjakan soal itu, sebab bab Integral sudah diajarkan di Kalkulus. Tapi saya tidak sempat mengatakan kembali kepadanya kalau saya lulus Kalkulus pun dengan nilai pas-pasan.

Kemudian dia masuk sementara saya tetap di luar. Dialog dilanjutkan dengan saling menyahut lewat jendela. Sampai sore itu berakhir dan Pak Bobby meninggalkan ruangannya, permohonan saya masih ditolak. Saya divonis tidak lulus Mekanika.

Pada hari Senin, 2 Juli 2007, saya memberanikan diri tetap datang ke kelas. Melihat saya ada di kelas, Pak Bobby meminta saya keluar dan mengatakan supaya saya membikin surat perjanjian terlebih dahulu. Isinya adalah bahwa saya akan diberi ujian khusus – jika nilai ujian saya kurang dari 30, saya langsung dapat E untuk Mekanika. Jika lebih dari 30, saya boleh ikut kelas kembali. Surat itu harus dibubuhi materai dan diketahui ketua program studi Oseanografi (waktu itu Ibu Nining Sari Ningsih).

Tandatangan Ibu Nining saya dapatkan pada 12 Juli 2007, setelah menunggu dosen wali saya (Pak Mohammad Ali) kembali ke Bandung dari luar kota.

Dari teman sekelas, saya mendapat kabar bahwa ujian khusus saya ternyata diganti menjadi Ujian Tengah Semester. Surat perjanjian saya serahkan pada hari UTS, 18 Juli 2007. Pada keesokan harinya, nilai sudah keluar. Saya mendapat 10. Jadi berdasarkan surat perjanjian, saya resmi tidak lulus Mekanika.

Bersama Johannes Pangaribuan (teman saya yang pada Rabu 11 Juli 2007 terkena insiden serupa) saya menemui Pak Pepen Arifin, ketua Program Studi Fisika. Kepada beliau kami menceritakan semuanya. Dari situ, Pak Pepen meminta kami kembali pada Senin 23 Juli 2007 sebab dia perlu mendengar cerita dari Pak Bobby terlebih dahulu. “Soalnya buat saya nggak masuk akal kalau kalian diusir gara-gara nggak bisa mengerjakan soal,” katanya.

Kami pun kembali lagi pada 23 Juli 2007. Di sana kami diberitahu bahwa, menurut Pak Bobby beliau sengaja memperlakukan kami demikian sebagai motivasi supaya kami lebih tekun lagi. Dan sekarang, kami boleh masuk ke kelas dan juga ikut Ujian Akhir Semester. Ketika saya tanyakan perihal surat itu – apakah dianggap batal atau bagaimana – Pak Pepen menjawab “Soal surat nggak usah dipikirkan. Konsentrasi saja ke ujian”.

Ujian Akhir diadakan pada 30 Juli 2007. Lagi-lagi saya mendapat 10. Dan nilai akhir saya E.

Pada Senin 6 Agustus 2007 saya dan Johannes menemui Pak Pepen, meminta diberikan kesempatan untuk ujian tambahan atau tugas guna menambah nilai. Tapi tidak dikabulkan, sebab tidak ada di ketentuan awal. Lagipula dari dua kesempatan yang diberikan, kami toh tidak bisa perform dengan baik.

Argumen saya memberanikan diri meminta ujian tambahan waktu itu adalah, saya tidak mendapat proses kuliah sebagaimana “ketentuan awal” sedangkan soal ujian yang saya dapatkan adalah sama dengan yang didapatkan mahasiswa lain – yang kuliah seperti “ketentuan awal”.

Soal performance. Tentu Ibu Ivonne sudah mengetahui bahwa dalam kondisi normal bahagia saja saya tidak pintar-pintar amat – bahkan bisa dikatakan buruk – apalagi dalam kondisi tertekan dan dihantui ancaman DO? Bagaimana bisa saya diharapkan perform dengan baik?

Tapi argumen saya mental. Pak Pepen bilang, dalam sebuah kelas tidak diperkenankan adanya perbedaan soal ujian. Ketidakhadiran saya di ruang kelas adalah analog dengan jatuh sakit. Tidak masuk kelas, boleh ikut ujian, dan tetap dinilai berdasarkan hasil ujian. Kalau saya tak salah ingat, Pak Pepen juga bercerita bahwa ketika bertanding, seorang atlet tidak dilihat sedang stress atau tidak. Yang dilihat adalah prestasinya semata.

Kami berdebat lumayan panjang dan berputar-putar, dengan keputusan akhir: tidak ada ujian/tugas tambahan. Pak Pepen mengatakan bahwa penilaian hanya ada di ujian (yang telah ditentukan jumlahnya hanya dua kali).

Kalau begitu kenapa saya divonis E ketika masih kuliah ya Bu?

Bagaimanapun, saya masih punya harapan akan adanya penyelesaian yang membahagiakan atas insiden yang saya alami ini. Untuk itulah surat ini saya buat. Atas perhatian Ibu Ivonne saya ucapkan terimakasih.


Ikram Putra
NIM. 12902006

Swawawancara

Tuesday, August 14, 2007

Bisakah seorang wartawan mewawancarai dirinya sendiri dan kemudian menuliskan hasilnya seolah-olah dialog padahal monolog? Di www.itb.ac.id tampaknya bisa.

Ini satu contoh dari berita “Campus Channel Diresmikan” yang ditulis oleh Krisna Murti.
Bagi Armein Campus Channel adalah “panggung” baru dalam komunitas ITB. “Kita mau membangun suatu “panggung” di mana orang –siapapun itu– bisa tampil dan mengekspresikan kemampuannya,” katanya, “Dengan panggung ini terbentuk budaya suka berkontribusi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas komunitas ITB.” Dalam waktu dekat, Campus Channel bersama dengan PPTIK akan memasang instalasi unit TV dan speaker di beberapa titik pusat massa kampus ITB. Siaran percobaan direncanakan dilakukan pada 27 Agustus 2007. Ditanya apakah akan bersifat komersial, Krisna, Kepala Kantor Berita ITB menjawab, “Bisa jadi. Tapi yang jelas, itu kami pikirkan nanti. Sekarang kami semua sedang fokus pada sosialisasi ke organisasi-organisasi yang ada di ITB serta penyediaan konten yang kontinu.”
Kalau melayani diri sendiri disebut swalayan, maka boleh dong kalau mewawancarai diri sendiri ini kita sebut swawawancara.

Ya nggak? Hehehe.

The Spirit Carries On

Thursday, August 09, 2007

I used to be frightened of dying
I used to think death was the end

That was before – I’m not scared anymore
I know that my soul will transcend

I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove what I know to be true
But I know that I still have to try

If I die tomorrow I’d be alright
Because I believe
That after we’re gone,
The spirit carries on

-Dream Theater, in “Scenes From A Memory”

Berapa Harganya?

Wednesday, August 01, 2007

PADA sebuah siang Ira datang membawa tas anak-anak berwarna biru dan bergambar Mickey Mouse yang rupanya baru saja dia beli. Dengan muka cerah dia bertanya pada saya,

“Tebak Kram – harganya berapa?”

Dari intonasinya jelas benar bahwa yang barusan bertanya bukanlah Ira dalam mode normal, melainkan Ira mode ibu-ibu. Salah satu sifat dasar ibu-ibu kan selalu memikirkan ulang harga belanjaan mereka. Bagi mereka urusan harga tak pernah selesai di meja kasir. Apa barang ini nggak terlalu mahal? Apa pantas saya tadi bayar segitu? Apa kurang banyak menawar?

Soalnya ibu-ibu sangat senang jika mereka dinilai mampu membeli barang dengan harga lebih murah.

Jadi saya tak boleh asal menebak. Angka perkiraan saya harus lebih tinggi daripada harga sebenarnya supaya dia senang. Baiklah.

Tas itu ukurannya kecil, kira-kira hanya mampu memuat 5 buku tulis anak SD. Bahannya nampak anti air. Warnanya cerah. Jahitan lumayan rapi. Tapi agak sulit juga untuk menebak harga karena dia tidak bilang di toko mana dia membeli. Akhirnya keluarlah jawaban saya,

“Limabelas ribu.”

Seketika muka Ira berubah suram. “Masa’ sih limabelas ribu?” katanya pelan. Kontan saya sadar telah salah menjawab – harga aslinya pasti lebih tinggi. Aduh, saya sekarang mungkin telah melukai hatinya dan meruntuhkan kepercayaan diri si Ira mode ibu-ibu nih.

Saya ambil tas itu, saya lihat label harganya. Sekitar Rp. 50 ribu.

Agus, sang suami, diam saja seolah tak tahu hendak bilang apa. Saya kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Memangnya Nandra (anak Agus dan Ira yang berusia hampir 2 tahun) mau bawa apa pakai tas ini?”

Padahal dalam hati saya bergumam, lain kali kalau berhadapan dengan ibu-ibu jangan sampai salah jawab. Berapapun tebakan saya, akan saya kalikan tiga terlebih dahulu baru menjawab. Hahaha. Maaf deh!

------
Buat Ira: Ini pembalasan karena dikau telah membuka aib saya.

tentang saya

tulisan sebelumnya

arsip

IkramPutra©2010 | thanks for stopping by